Populasi Burung Air Tambah Destinasi Wisata Baru di KEE Mangrove Ujungpangkah Gresik
Berita Baru, Gresik – Keberadaan hayati populasi burung air di Kawasan Ekosistem Esensial atau KEE Mangrove Ujungpangkah, Gresik memiliki banyak keanekaragaman. Hal tersebut harus terus dilestarikan agar satwa-satwa itu tidak punah. Bahkan berpotensi menambah destinasi wisata baru.
Wilayah Desa Pangkahkulon, Banyuurip dan Pangkahwetan menjadi kawasan penting bagi keberadaan burung air bermigrasi di jalur terbang Asia Timur Australia (East Asian Australasian Flyway) dan lain sebagainya.
Pegiat lingkungan LSM Arupa (Aliansi Relawan Penyelamatan Alam), Krisna Yulianta mengatakan potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi salah satu produk ekowisata minat khusus berkelanjutan. Selain itu, dikembangkan beberapa destinasi wisata susur mangrove.
“Kita menemukan berbagai jenis burung air, yang mana pada bulan tertentu akan berimigrasi dari Australia ke kawasan Ujungpangkah. Ini sangat berpotensi dijadikan ekowisata,” kata Krisna, Senin (15/3).
Potensi sumber daya alam di area KEE Mangrove Ujungpangkah dapat menjadi daya tarik bagi aktivitas pariwisata alam. Keanekaragaman jenis mangrove yang saat ini banyak dikembangkan sebagai daya tarik wisata alam bisa ditemukan.
“Namun demikian potensi tersebut belum dikelola secara maksimal baik oleh kelompok masyarakat yang ada di sekitar kawasan tersebut sebagai lokasi wisata alam khusus,” terangnya.
Untuk peningkatan efektivitas pengembangan ekowisata, diungkapkan Krisna pihaknya bekerjasama dengan Ejef (East Java Ecotourism Forum) serta dukungan USAID–BIJAK melakukan pendampingan untuk penyusunan rencana bisnis ekowisata.
Krisna mengatakan, dirinya mengundang seluruh elemen masyarakat mulai dari kades, pokmaswas, kelompok nelayan, karangtaruna serta istri nelayan untuk diajak bersama-sama melestarikan hayati di KEE Mangrove Ujungpangkah.
“Bertempat di Pedapa Kecamatan Ujungpangkah kita undang semua, potensi ini harus kita perhatikan bersama dan kita jaga. Untuk tahap awal kita akan lakukan pendampingan untuk rencana bisnis ekowisata ke depan,” ujarnya.
Bahkan, penetapan KEE Mangrove Ujungpangkah sudah termaktub dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/309/KPTS/013/2020 dengan ditandatangani Gubernur Khofifah Indar Parawansa tentang perubahan keputusan gubernur sebelumnya.
Plt Camat Ujungpangkah, Fattah Hadi yang hadir bersama tiga kepala desa beserta sejumlah elemen kelompok masyarakat di wilayah KEE Mangrove sepakat dan mendukung pengembangan potensi keanekaragaman hayati utamanya aneka burung air.
Wilayah Ujungpangkah, kata Fattah letak geografis berada dan berbatasan langsung dengan pantai utara Jawa. Maka dari itu, semua pihak harus menjaga alam dengan segala potensinya.
“Daerah kita pantai basah, tentunya masyarakat harus merawat pantai. Ini dilakukan agar tanaman mangrove serta makhluk hidup hayati bisa hidup, sehingga nantinya berdampak bagus bagi kehidupan,” jelasnya.
Kedepan dokumen dapat menjadi acuan dan strategi rencana pengembangan ekowisata yang disepakati bersama oleh pengelola KEE Mangrove Ujungpangkah di masing-masing desa.
Sementara, Kades Pangkahwetan Syaifullah Mahdi menuturkan sebenarnya sudah sejak lama desanya mengembangkan ekowisata dengan model susur sungai mangrove.
Pria yang akrab disapa Sandi ini berharap agar keberadaan kawasan ekosistem esensial di wilayahnya bisa berdampak bagus bagi lingkungan, keanekaragaman hayati serta ekonomi masyarakat.
“Tentu kami sangat mendukung program ini, apalagi kita punya ekowisata yang nantinya bisa berpotensi sebagai wisata minat khusus serta susur sungai bahkan aneka kuliner,” tuturnya