Sektor Pertanian Tumbuh Positif 2,59 Persen di Kuartal ke IV
Berita Baru, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk domestik bruto (PDB) pertanian pada kuartal IV-2020 tumbuh sebesar 2,59 persen (yoy).
“Sektor pertanian merupakan yang tumbuh positif selama triwulan IV-2020,” ujar Kepala BPS Suhariyanto, dikutip dari Sekretariat Kabinet Minggu (7/2)
Menurut Suhariyanto, peningkatan sektor pertanian dipicu oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah komoditas tanaman pangan yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,47 persen. Ini terjadi lantaran adanya peningkatan luas panen dan produksi padi, jagung, ubi kayu serta cuaca yang mendukung.
“Kemudian komoditas hortikultura juga tumbuh 7,85 persen karena permintaan buah-buahan dan sayuran selama pandemi COVID-19,” katanya.
Suhariyanto mengatakan komoditas perkebunan juga tumbuh 1,13 persen dengan komoditasnya berupa kelapa sawit. Meski begitu, peningkatan tidak diikuti oleh komoditas peternakan karena menurunnya permintaan industri pemotongan hewan akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.
Sebelumnya, BPS melaporkan bahwa ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen (c-to-c) dibandingkan tahun 2019. Meskipun ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar minus 2,07 persen di tahun 2020, namun pada Triwulan IV-2020 hanya terkontraksi sebesar minus 2,19 persen (yoy) yang artinya membaik dari triwulan sebelumnya.
“Angka ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia sudah on track. Perbaikan kondisi ini tentu saja tidak terlepas dari intervensi yang dilakukan oleh Pemerintah,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, Minggu (07/02).
Pertumbuhan konsumsi Pemerintah mencapai 1,76 persen (yoy). Realisasi Program Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) sebesar Rp579,78 triliun dan realisasi APBN yang mencapai 94,6 persen berhasil meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Hal ini mengakibatkan konsumsi rumah tangga hanya terkontraksi sebesar minus 3,61 persen (yoy) yang berarti tumbuh positif sebesar 0,49 minus (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Di saat yang sama, produsen merespons perbaikan permintaan domestik dengan meningkatkan investasi, sehingga PMTB Triwulan IV hanya terkontraksi sebesar minus 6,15 persen (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya minus 6,48 persen (yoy).
“Berbagai sektor usaha mulai mengalami perbaikan kinerja akibat membaiknya permintaan domestik. Di saat yang sama, optimisme pemulihan permintaan global juga mendorong peningkatan sektor usaha dalam negeri, seperti industri pengolahan dan pertanian,” tambah Airlangga.
Industri pengolahan hanya terkontraksi minus 3,14 persen (yoy) dan pertanian tumbuh 2,59 persen (yoy). Kontributor penggerak industri pengolahan adalah Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional yang tumbuh 8,45 persen (yoy) akibat peningkatan permintaan produk-produk kebersihan dan kesehatan.
Selain itu, Industri Makanan dan Minuman juga tumbuh 1,66 persen (yoy) didukung oleh peningkatan produksi padi dan kenaikan permintaan CPO. Di sisi lain, Industri Logam Dasar juga tumbuh 11,46 persen karena meningkatnya permintaan ekspor terutama pada komoditas feronikel.
“Masyarakat yang sudah terbiasa dengan pemanfaatan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari membuat sektor informasi dan komunikasi tumbuh positif di sepanjang tahun 2020,” ujarnya.
Selain itu, imbuh Airlangga, secara spasial beberapa daerah telah mengalami perbaikan, seperti wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua.
“Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan ekspor seiring dengan kenaikan harga komoditas global sehingga menunjukkan pertumbuhan yang positif,” imbuhnya.
Kemudian, di sektor pasar modal dan keuangan, IHSG dan Rupiah juga sudah kembali menguat. Seiring dengan hal ini, terjadi peningkatan leading indicator PMI dan indeks keyakinan konsumen serta surplus neraca perdagangan yang mencapai USD21,74 miliar pada tahun 2020 atau tertinggi sejak tahun 2011.
Momentum pemulihan ekonomi ini diperkirakan akan terus berlanjut di tahun 2021 sehingga ekonomi Indonesia akan rebound dengan pertumbuhan di kisaran 4,5-5,5 persen yang didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor.