3000 Demonstran Pendukung Alexei Navalny Dipenjara
Berita Baru, Internasional – Polisi Rusia telah melakukan tindakan represif terhadap demonstran pendukung Alexei Navalny. Lebih dari 3.000 demonstran yang mendukung pemimpin oposisi Alexei Navalny, dipenjara,
Unjuk rasa yang menentang penangkapan oposisi Alexei Navlan menjadi unjuk rasa terbesar sejak Putin menjabat sebagai presiden.
Di Moskow, polisi anti huru hara terlihat memukuli dan menyeret pengunjuk rasa.
Alexei Navalny, kritikus utama Presiden Putin, menyerukan protes setelah penangkapannya Minggu lalu. Dia ditahan setelah tiba di bandara Moskow pada 17 Januari, paska menjalani perawatan di Jerman akibat diracun zat kimia pelumpuh saraf.
Sekembalinya dari jerman, dia langsung ditahan dan dinyatakan bersalah karena melanggar ketentuan pembebasan bersyarat. Alexei Navalny mengatakan itu adalah kasus palsu yang dirancang untuk membungkamnya.
OVD Info, sebuah LSM independen yang memantau aksi unjuk rasa, mengatakan sekitar 3.100 orang telah ditahan, lebih dari 1.200 di antaranya di Moskow saja. Kremlin belum berkomentar.
Demonstrasi tidak resmi diadakan di sekitar 100 kota besar dan kecil dari Timur Jauh Rusia dan Siberia hingga Moskow dan St Petersburg. Para pengunjuk rasa mulai dari pelajar remaja hingga orang tua yang menuntut pembebasan Navalny.
Sebagaimana dilansir dari Reuters, setidaknya diperkirakan terdapat 40.000 orang bergabung dalam demonstrasi di pusat kota Moskow, Tetapi kementerian dalam negeri Rusia menyebutkan jumlah pengunjuk rasa hanya 4.000 demonstran.
Para pengamat mengatakan skala demonstrasi di seluruh negeri belum pernah terjadi sebelumnya, sementara protes di ibu kota adalah yang terbesar dalam kurun satu dekade terakhir.
Di alun-alun kota Pushkin, beberapa pengunjuk rasa meneriakkan “Freedom to Navalny” dan “Putin pergi!”
Seorang wanita seperti dilaporkan oleh BBC mengatakan bahwa dia memutuskan untuk bergabung dengan demonstrasi karena “Rusia telah diubah menjadi kamp penjara.”
Sergei Radchenko, seorang pengunjuk rasa berusia 53 tahun di Moskow, mengatakan kepada Reuters: “Saya lelah karena takut. Saya tidak hanya muncul untuk diri saya sendiri dan Navalny, tetapi untuk putra saya karena tidak ada masa depan di negara ini.”
Lyubov Sobol, seorang pembantu terkemuka Navalny yang telah didenda karena mendesak Rusia untuk bergabung dalam protes, men-tweet video polisi yang secara kasar menariknya dari wawancara dengan wartawan.
Istri Pak Navalny, Yulia, sempat ditahan sebentar di rapat umum tersebut. Dia memposting gambar di akun isntagramnya dengan menulis: “Maaf atas kualitas yang buruk. Cahaya yang sangat buruk di van polisi.”
Beberapa pengunjuk rasa berbaris di penjara tempat Navalny ditahan, dan banyak yang ditangkap. Sementara itu, satu sumber berita independen, Sota, mengatakan sedikitnya 3.000 orang telah bergabung dalam demonstrasi di kota Vladivostok, tetapi pihak berwenang setempat menyebutkan jumlahnya hanya 500 orang saja.
Dalam sebuuah Rekaman AFP menunjukkan polisi anti huru hara berlari ke kerumunan demonstran dan memukuli beberapa pengunjuk rasa dengan tongkat.