Pemimpin Tigray Akui Penyerangan Roket di Dua Bandara Ethiopia
Berita Baru, Internasional – Pada hari Sabtu (14/11), para pemimpin Tigray di utara Ethiopia mengaku bertanggung jawab atas serangan roket di dua bandara di wilayah Bahir Dar dan Gondar serta mengancam akan menyerang negara tetangga Eritrea. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik akan menyebar luas melintasi perbatasan nasional.
Abiy, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu, seperti dilansir dari The Guardian mengumumkan pekan lalu bahwa ia telah memerintahkan operasi militer di Tigray, dengan mengatakan langkah itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan terhadap kamp militer federal oleh partai Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) di kawasan.
Ratusan orang dilaporkan tewas dalam konflik tersebut, di negara terpadat kedua di Afrika, Ethiopia. Seperti didokumentasikan oleh Amnesty Internasional, beberapa pembantaian mengerikan terjadi, ribuan orang mengungsi untuk menghindari pertempuran dan serangan udara di Tigray. Hingga Jumat malam, setidaknya 21.000 warga Ethiopia telah melarikan diri melintasi perbatasan ke Sudan, menurut badan pengungsi Sudan.
Kemacetan di bandara terjadi pada Jumat malam (13/11) di dua kota di wilayah tetangga Amhara Tigray, Bahir Dar dan Gondar. Pemerintah federal mengaku bahwa area bandara mengalami kerusakan, sementara seorang dokter di Gondar mengatakan dua tentara tewas dan 15 lainnya luka-luka.
“Kemarin malam kami mengalami kerusakan berat pada komponen militer di bandara Gondar dan Bahir Dar,” kata Getachew Reda, anggota senior TPLF. Dia mengulangi klaim TPLF bahwa tentara Eritrea terlibat dalam pertempuran itu, yang dibantah oleh Ethiopia.
Getachew mengatakan, TPLF tidak akan ragu untuk menyerang lokasi di dalam Eritrea – musuh tradisional Ethiopia – termasuk ibukotanya, Asmara. “Apakah mereka mengangkat dari Asmara atau Bahir Dar untuk menyerang Tigray … kami akan melakukan tindakan pembalasan. Kami akan melakukan serangan rudal pada target terpilih selain bandara,” kata Getachew. “Kami akan melakukan serangan rudal untuk menggagalkan gerakan militer di Massawa dan Asmara,” tambahnya.
Ethiopia dan Eritrea mengalami peperangan berperang brutal di perbatasan tahun 1998-2000 yang menewaskan puluhan ribu orang.
TPLF telah mendominasi politik Ethiopia selama hampir tiga dekade sebelum Abiy menjabat pada tahun 2018 setelah beberapa tahun protes anti-pemerintah. Sejak itu, TPLF mengeluh karena dikesampingkan dan dikambinghitamkan karena kekacauan negara.
Perseteruan itu semakin pahit setelah Tigray melanjutkan pemilihannya sendiri pada bulan September dan mengklaim Abiy sebagai pimpinan yang tidak sah.