DEMA-F FUPI UIN Sunan Kalijaga Gelar Webinar Integrasi Keilmuan Pesantren
Berita Baru, Yogyakarta – Dalam rangka memperingarti Hari Santri Nasional 2020, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Webinar Hari Santri Nasional dengan tema “Kitab Kuning dan Sains: Menilik Integrasi Keilmuan Pesantren” Sabtu (17/10).
Acara yang laksanakan secara daring tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Al Makin, S.Ag., M.Ag., (Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag. (Rektor UIN Walisongo Semarang), Prof. Dr. H. Imam Mustaqim (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Ketua DEMA-FUPI Muhammad Burhan mengatakan, acara tersebut merupakan medium refleksi khazanah keilmuan pesantren, yakni kitab kuning yang memiliki ragam disiplin, bukan hanya bidang nahwu-shorof, tetapi juga bidang sains.
“Seperti disiplin ilmu kesehatan dan medis, yang hari ini sangat relevan dibutuhkan oleh masyarakat di tengah Pandemi Covid-19,” katanya dalam sambutannya.
Sementara itu, Wakil Dekan III FUPI Shofiyullah MZ dalam sambutannya sangat mengapresiasi kegiatan acara ini sebagai bentuk sikap refleksi bersama dalam meneladani sejarah perjuangan kaum santri dalam sejarah bangsa Indonesia.
“Yakni peristiwa Resolusi Jihad yang difatwakan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945,” tuturnya.
Lebih lanjut, Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin menyatakan, bahwa Kampus UIN juga bisa dikatakan sebagai ruang belajar bagi para santri yang melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi.
“Bahkan, tidak sedikit para alumni dan dosen yang mendirikan dan menjadi pengasuh lembaga pondok pesantren. Fakta tersebut mesti terus dijaga dan dilestarikan sebagai ciri khas pendidikan yang mengutamakan nilai-nilai etika, terutama yang ada di dalam kitab kuning,” ungkapnya.
Narasumber acara tersebut, Imam Taufiq menyatakan, bahwa khazanah kitab kuning di pesantren merupakan instrumen dalam proses transfer of knowlegde, khususnya tentang kesahihan sanad (geneologi keilmuan) dan transmisi keberkahan keilmuan, terutama dari segi pengembangan kualitasnya sebagai bentuk jawaban atas pesatnya kemajuan teknologi sekarang ini.
“Santri atau alumni pesantren dan perguruan tinggi keagamaan islam, sudah seharusnya mampu berpikir dsn bersikap secara kritis dalam upaya meningkatkan kapasitas literasi, tradisi moralitas, dan mutu multidipiliner,” katanya.
Sedangkan narsumber selanjutnya Abdul Mustaqim, menjelaskan, bahwa kita mesti membaca dan memahami khazanah kitab kuning secara kreatif-produktif, jangan sekedar dibaca secara stagnan.
“Bahwa Al-Qur’an, meski bukan merupakan kitab ilmu pengetahuan, melainkan kitab hidayah. Akan tetapi, tidak ada satupun ayat yang menghalangi kita untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan sains. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang mendorong kita untuk melakukan pembacaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an baik secara qouliy (tekstual) maupun manhajy (metolologis). Dan kitab kuning merupakan bassis teologis, filosofis, dan epistemologis, serta sumber inspirasi dan motivasi dalam pengembangan keilmuan dan sains yang berlandaskan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan,” pungkasnya.