Susul Serbia dan Kosovo, Honduras Akan Pindahkan Kedubesnya ke Yerusalem Pada Akhir Tahun
Berita Baru, Internasional – Pada hari Senin (21/9) dini hari, Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez berencana merelokasi kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem sebelum akhir tahun.
Langkah itu menandai akhir sikap netralitas Honduras sebelumnya yang kemungkinan besar akan membuat marah warga Palestina.
“Saya baru saja berbicara dengan Perdana Menteri Netanyahu untuk memperkuat aliansi strategis kami, kami berbicara untuk mengatur pembukaan kedutaan besar di Tegucigalpa dan Yerusalem,” kata Presiden Hernandez dengan bahasa Spanyol di Twitter resminya.
“Kami berharap bisa mengambil langkah bersejarah ini sebelum akhir tahun, jika memungkinkan di tengah pandemi,” imbuhnya.
Pada gilirannya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengatakan niatnya adalah untuk membuka dan meresmikan kedutaan Honduras sebelum akhir tahun. Israel saat ini tidak memiliki kedutaan besar di Honduras tetapi membuka kantor diplomatik di sana bulan lalu.
“Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden Juan Orlando Hernandez berbicara pada 20 September 2020, dan menegaskan kembali bahwa Honduras dan Israel adalah teman dekat dan sekutu strategis yang merupakan bagian dari aliansi dukungan timbal balik dan kerja sama ekonomi dan politik,” tulis pernyataan PM Israel di akun resmi Twitternya tak lama setelah Presiden Hernandez mencuit.
Hernandez tahun lalu memulai proses pemutusan kebijakan netralitas yang telah lama dipegang Honduras dalam konflik Israel-Palestina.
Hernandez membuka kantor komersial di Yerusalem pada September 2019 sebagai perpanjangan dari kedutaan besar Honduras di Tel Aviv.
“Honduras mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan kami yakin bahwa pengakuan ini akan menjadi berkah besar dan saling menguntungkan,” kata Hernandez bulan lalu, dilansir dari Aljazeera.
Honduras sendiri tercatat memiliki populasi warga Palestina terbesar kedua di Amerika Latin, setelah Chili.
Sampai sekarang, hanya dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Guatemala, yang telah mendirikan kedutaan besar untuk Israel di Yerusalem.
Pernyataan Honduras tersebut menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Netanyahu bulan ini bahwa Kosovo dan Serbia juga akan membuka kedutaan besar di Yerusalem.
Status Yerusalem telah menjadi salah satu masalah paling rumit dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Palestina menginginkan Yerusalem Timur, termasuk situs-situs suci di Kota Tua dan direbut oleh Israel pada perang tahun 1967, sebagai ibu kota negara masa depan.
Israel menganggap seluruh kota sebagai ibukotanya, sebuah klaim yang sebagian besar tidak diakui oleh komunitas internasional.
Sebagian besar misi diplomatik ke Israel telah dilakukan di Tel Aviv karena negara-negara tetap netral atas kota Yerusalem yang disengketakan sampai statusnya dapat diselesaikan dalam kesepakatan damai Israel-Palestina.
Namun pada Desember 2017, Presiden Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan mengumumkan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv.
Pada hari Selasa (15/9) lalu, Uni Emirat Arab dan Bahrain menandatangani perjanjian di Washington untuk menjalin hubungan formal dengan Israel.
Kesepakatan yang ditengahi AS antara Israel dan negara-negara Teluk, sebagian ditempa oleh ketakutan bersama terhadap Iran, telah membuat Palestina semakin terisolasi di wilayah tersebut.