Komandan AS: Iran akan Membalas Ledakan Natanz
Berita Baru, Internasional – Pada hari Kamis (16/7), Komandan Pasukan Komando Pusat AS Jenderal Kenneth McKenzie menduga Iran akan membalas peristiwa ledakan fasilitas nuklir dan militer di Natanz dan Parchin yang terjadi awal Juli.
Hal itu disampaikan McKenzie pada saat wawancara dengan kolumnis David Ignatius di The Washington Post.
“Pengalaman saya dengan Iran memberi tahu saya bahwa mereka akan merespons,” kata McKenzie.
Menurut kantor berita Middle East Eye yang berbasis di London, pernyataan itu muncul di tengah laporan media Iran yang secara tidak langsung menuduh Israel dan AS berada di belakang ledakan di situs nuklir Natanz Iran.
Selain itu, surat kabar Kuwait al-Jarida mengutip sumber pejabat ‘senior’ anonim mengatakan bahwa sebelumnya pada bulan Juli bahwa insiden Parchin adalah hasil dari serangan udara yang dilakukan oleh pesawat siluman F-35 Israel, sementara ledakan Natanz disebabkan oleh serangan siber Israel.
Agak berbeda dengan Al-Jarida, seorang intelijen anonim dari Timur Tengah mengatakan kepada The New York Times bahwa ledakan Natanz disebabkan oleh ‘bom yang kuat’, adalah pekerjaan Israel.
Pada gilirannya, menutip Sputnik, dalam sebuah pernyataan Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan bahwa Teheran menyimpulkan terdapat ‘elemen asing’ yang terlibat dalam ledakan Natanz
Mousvi kemudian memperingatkan mereka akan menghadapi konsekuensi dan akan mengumumkan penyebab ledakan Natanz dan Parchin “pada waktu yang tepat.”
Insiden ledakan di fasilitas militer Parchin terjadi pada 26 Juni. Fasilitas militer itu berlokasi sekitar 30 kilometer dari ibukota Iran. Lalu, enam hari kemudian, 2 Juli, meyusul insiden peledakan fasilitas nuklir di Natanz.
Tak lamas setelah terjadi ledakan, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran Behrouz Kamalvandi mengatakan fasilitas nuklir di Natanz ‘beroperasi seperti biasa’ karena reaktor tidak rusak dan tidak ada korban jiwa.
Ledakan Parchin dan Natanz terjadi di tengah upaya Iran untuk menjauh dari kewajiban pengayaan uraniumnya yang merupakan bagian dari kesepakatan nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Hal itu diawali dengan penarikan sepihak dari Washington dari kesepakatan JCPOA pada Mei 2018 dan kembali memberikan sanksi keras pada Iran. Atas hal itu, Teheran kemudian mengumumkan pada Mei 2018 bahwa mereka akan mulai menangguhkan komitmen JCPOA-nya.