Selain Indonesia, 5 Negara Ini Lebih Dulu Pindah Ibu Kota
Berita Baru, Internasional – Indonesia terus melaju dengan rencana pindah ibu kota, dari kota padat lalu lintas Jakarta ke pulau Kalimantan. Lokasi tepatnya belum terungkap, tetapi Presiden Joko Widodo secara resmi meluncurkan skema tersebut di Senayan, 16 Agustus 2019 lalu.
Alasan utama pindah ibu kota karena Jakarta mengalami penurunan permukaan tanah rata-rata 1-15 cm per tahun. Hampir setengah kota saat ini berada di bawah permukaan laut.
Pada tahun 2016, sebuah survei menyebut bahwa Jakarta memiliki indeks kemacetan lalu lintas terburuk di dunia. Para menteri pemerintah harus dikawal oleh konvoi polisi untuk sampai ke sebua pertemuan dengan tepat waktu.
Rencana pindah ibu kota dari jakarta ke menelan biaya hingga 400 triliyun. Membutuhkan area seluas 30.000 hingga 40.000 hektar untuk menampung antara 900.000 dan 1,5 juta orang.
Namun demikian, Indonesia bukanlah negara pertama yang memilih untuk memindahkan ibu kota nya. Berikut beberapa contoh negara lainnya :
1.Kazakhstan
Pada tahun 1997, Presiden Nursultan Nazarbayev memutuskan untuk memindahkan ibu kota dari kota utama, Almaty ke Astana. Hal pertama yang dia lakukan adalah mengubah nama, dari Aqmola – yang berarti ‘kuburan putih’ – ke Astana.
Dia kemudian membawa arsitek dari seluruh dunia untuk membangun ibu kotanya. Salah satu landmark yang paling mencolok adalah Khan Shatyr – tenda terbesar di dunia. Dirancang oleh Norman Foster, hotel ini memiliki pusat perbelanjaan indoor dan kompleks hiburan.
Menara Baytarek, yang menyerupai telur yang bertengger di atas pohon, memiliki dek observasi dengan pemandangan landmark lainnya yang baru dibangun. Termasuk di istana presiden terdapat sebuah riff di Gedung Putih dengan kubah biru pucat, di sebelahnya adalah Central Concert Hall dengan struktur pirus meniru pesawat ruang angkasa.
2. Myanmar
Awalnya, ibu kota Burma adalah Rangoon. Namun, pada November 2005, para pekerja pemerintahan tiba-tiba diberi tahu oleh militer mereka untuk pindah ke Naypyidaw yang letaknya lebih ke utara.
Kota Naypyidaw yang saat ini menjadi pusat pemerintahan sebetulnya sudah dibangun sejak 2002, namun lokasinya tidak dipublikasikan. Hingga saat ini, masih belum jelas apa alasan Burma memindahkan ibu kota mereka.
Menteri informasi mengatakan kepada BBC pada waktu itu bahwa itu adalah lokasi yang lebih strategis, tetapi analis skeptis. Mereka mengatakan ada kemungkinan militer takut akan invasi asing, atau menginginkan lebih banyak kontrol atas etnis minoritas di wilayah perbatasan.
3. Bolivia
Bolvia memiliki dua ibu kota: Sucre dan La Paz. Sucre adalah satu-satunya ibu kota sampai 1899, ketika perang saudara dengan singkat kehilangan La Paz. Setelah itu, parlemen dan layanan sipil pindah ke kota terbesar di Bolivia, La Paz, sementara pengadilan tetap di Sucre.
Sucre, di pusat negara itu, adalah tempat Bolivia didirikan, pada tahun 1825. Populasinya hanya 250.000, dibandingkan di La Paz dengan 1,7 juta populasi. Skema itu akhirnya ditinggalkan, dan Bolivia memiliki dua ibu kota hingga hari ini.
4. Nigeria
Seperti banyak kota yang direncanakan, Abuja dirancang dengan sangat apik. Lagos, kota terbesar di Nigeria, juga merupakan ibu kota pada awalnya. Ada sejumlah alasan untuk memindahkan ibu kota ke Abuja. Pertama-tama karena lokasi pusatnya jauh dari pantai.
Alasan lain pemindahan ibu kota dari Lagos karena kepadatannya. Lagos merupakan kota terpadat di Afrika-sub sahara.
Abuja juga lebih netral secara politik dan etnis. Kelompok etnis Yoruba mendominasi Lagos, sedangkan Igbos sebagian besar di tenggara dan Hausas di barat laut. Mengingat antara tahun 1967 dan 1970 Nigeria rusuh oleh perang Biafran, ketika para Igbos berusaha melepaskan diri dari Nigeria.
5. Portugal
Selama 13 tahun, ibu kota Portugal di Lisbon kemudian berpindah ke Rio de Janeiro. Napoleon selama Perang Semenanjung (1807-14), Prancis menginvasi Portugal tidak kurang dari tiga kali. Beberapa hari sebelum invasi pada Desember 1807, keluarga kerajaan Braganza dan pengadilan pergi ke Brazil, yang saat itu merupakan koloni Portugis. Mereka tiba di Rio pada bulan Maret 1808. Rio pada awal abad ke-19 adalah kota yang berkembang pesat.
Pada tahun 1821, pengadilan Portugis kembali ke Lisbon di mana ia tetap sampai akhir monarki, pada tahun 1910. Namun persinggahannya di Rio meninggalkan bekas yang abadi di Brasil, meningkatkan ekonominya dan mempercepat dorongannya untuk kemerdekaan.
Sumber: BBC