Setelah Hagia Sophia, Erdogan Janjikan Pembebasan al-Aqsa dari Israel
Berita Baru, Internasional – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berjanji untuk membebaskan masjid al-Aqsa dari Israel setelah berhasil meresmikan Hagia Sophia menjadi masjid pada Jumat lalu (10/7).
Keputusan untuk mengubah status gereja Hagia Sophia kuno menjadi masjid telah menuai kontroversial minggu lalu. Dalam sejarahnya, Hagia Sophia yang adalah sebuah gereja, pernah diubah menjadi masjid pada tahun 1453 dan kemudian diubah lagi menjadi museum pada tahun 1934.
Keputusan untuk mengubah bangunan bersejarah itu menjadi masjid sejalan dengan agenda negara itu untuk menjadikan Turki semakin religius.
“Kebangkitan Hagia Sophia menandai pembebasan masjid al-Aqsa,” kata situs web Kepresidenan Turki. “Kebangkitan Hagia Sophia adalah jejak kehendak umat Islam di seluruh dunia yang akan datang … kebangkitan Hagia Sophia adalah kebangkitan api harapan umat Islam dan semua yang tertekan, salah, tertindas dan dieksploitasi.”
Menurut Jerusalem Post, pidato Erdogan jika diterjemahkan memiliki arti yang sedikit berbeda dalam bahasa Arab dan Inggris. Dalam bahasa Arab pidato itu mengatakan bahwa mengubah Hagia Sophia menjadi masjid adalah bagian dari “kembalinya kebebasan untuk al-Aqsa”, yang pada dasarnya berarti Israel harus disingkirkan agar berhenti mengendalikan Kota Tua Yerusalem di mana al-Aqsa berada.
“Presiden Turki mengaitkan keputusan untuk menghidupkan kembali Islam dari Bukhara di Uzbekistan sampai Andalusia di Spanyol. Terminologi ini, yang menghubungkan al-Aqsa di Yerusalem dengan Hagia Sophia dan Spanyol, adalah semacam terminologi untuk agenda keagamaan yang lebih luas. Dalam terjemahan Turki referensi yang sama ke bahasa Spanyol tampaknya tidak dimasukkan seperti dalam bahasa Arab.” jelas media itu.
Erdogan sendiri telah lama dikenal sebagai sosok yang mendukung perjuangan Palestina dan kritikus ekstrem Israel. Turki juga pernah mengirim armada Gaza untuk mencoba menembus blokade Israel atas Gaza, menyebabkan kematian 10 warga Turki ketika pasukan Israel menyerbu kapal Mavi Marmara.
Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas agama dan politik Turki telah membuat pernyataan yang semakin memperuncing permusuhan dengan Israel, di mana pada bulan Juni pernah berjanji untuk memobilisasi “umat Islam” untuk melawan rencana aneksasi Israel.
“Mengaitkan perubahan besar di Hagia Sophia ke Yerusalem menggambarkan bahwa ambisi Ankara jauh lebih besar dari sekadar mengumandangkan kembali doa-doa Islam di masjid dan gereja bersejarah di Istanbul; itu adalah bagian dari agenda Islam yang lebih besar untuk wilayah tersebut.” tambah media itu.
Sebelumnya rencana perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid telah ditentang keras AS, Rusia, dan Yunani. Situs Warisan Dunia UNESCO itu dikenal sebagai titik fokus dari kekaisaran Byzantium Kristen dan Kekaisaran Ottoman Muslim dan sekarang menjadi salah satu monumen yang paling banyak dikunjungi di Turki.
Kementerian Kebudayaan Yunani menggambarkan keputusan pengadilan yang melegalkan perubahan itu sebagai “provokasi terbuka” bagi dunia yang beradab. Sementara UNESCO mengatakan menyesalkan hal ini.
“Disimpulkan bahwa akta penyelesaian menetapkannya sebagai masjid dan penggunaannya di luar karakter ini tidak dimungkinkan secara hukum,” kata pengadilan Turki yang jadi dasar aturan baru Erdogan, sebagaimana dikutip dari Reuters.
“Keputusan kabinet tahun 1934 yang mendefinisikannya sebagai museum tidak mematuhi hukum,” kata pengadilan merujuk pada dekrit yang ditandatangani Bapak Turki Modern Ataturk, yang berkuasa saat itu.