Laporan Audit: Facebook Masa Bodoh dengan Hoaks, Diskriminasi dan Ujaran Kebencian
Berita Baru, Internasional – Pada hari Rabu (8/7), mantan eksekutif American Civil Liberties Union Laura Murphy menerbitkan laporan audit yang menyebutkan Facebook belum cukup untuk melindungi pengguna dari diskriminasi, berita palsu, dan ujaran kebencian.
Sebelumnya, Murphy diperkerjakan oleh Facebook untuk menilai kinerja Facebook terkait masalah-masalah sosial pada Mei 2018.
Laporan setebal 100 halaman itu menguraikan ‘naik-turun kemajuan dan kemunduran’ Facebook tentang segala hal, mulai dari bias dalam alogaritme Facebook, moderasi konten, praktik periklanan, hingga tekanan pemilih.
Menurut Reuters, laporan itu menunjukkan apa yang digambarkan penulis sebagai serangkaian keputusan berbahaya, termasuk ‘preseden mengerikan’ untuk tidak campur tangan dalam unggahan beberapa minggu terakhir dari Presiden AS Donald Trump, sehingga memungkinkan platform Facebook menjadi ‘senjata’ untuk menekan pemungutan suara.
“Banyak orang di komunitas hak-hak sipil menjadi berkecil hati, frustrasi dan marah setelah bertahun-tahun terlibat di mana mereka memohon perusahaan untuk berbuat lebih banyak untuk memajukan kesetaraan dan memerangi diskriminasi, sementara juga menjaga kebebasan berekspresi,” tulis laporan audit.
Selain itu, laporan ini muncul ditengah gerakan ‘boikot iklan Facebool’ yang dilakukan oleh ratusan pengiklan besar, seperti Coca Cola, Unilever, Verizon Communication Inc, Hershey Co, dan yang lain.
Dirundung berbagai masalah, Facebook tidak segera menunjukkan langkah-langkah spesifik yang akan diambil.
Namun, COO Facebook Sheryl Sandberg mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan hasil audit itu sebagai ‘proses yang sangat penting bagi perusahaan’.
“Facebook berdiri kokoh melawan ujaran kebencian … Apa yang menjadi semakin jelas adalah bahwa kita masih memiliki jalan panjang,” kata Sandberg.