Ekspor Hong Kong Terus Merosot Akibat Memburuknya Hubungan AS-China dan Pandemi Global
Berita Baru, Internasional – Pada hari Senin (29/6), Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong (HKTDC) mengungkapkan bahwa angka ekspor dan impor Hong Kong turun drastis pada bulan Mei karena lemahnya permintaan pasar global akibat pandemi virus korona serta karena memburuknya hubungan politik dan ekonomi China dan Amerika Serikat.
Pada bulan Mei, Angka ekspor Hong Kong turun 7,4 persen menjadi HKD 317,6 miliar dan impor turun 12.3 persen menjadi HKD 331,3 miliar. Angka ini berarti menyisakan defisit perdagangan sebesar HKD 13,7 miliar.
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan buruknya kinerja ekspor menggarisbawahi aliran perdagangan regional yang lemah, terutama di seluruh pasar Asia.
“Kinerja ekspor Hong Kong akan tetap di bawah tekanan dalam waktu dekat. Berlanjutnya penyebaran COVID-19 di berbagai belahan dunia masih merupakan ancaman utama bagi ekonomi global,” ujarnya, dilansir dari SCMP.
Juru bicara itu juga menambahkan bahwa faktor lain yang merusak permintaan pasar adalah karena memburuknya hubungan politik dan ekonomi AS-Cina.
Secara total, dari Januari-Mei 2020, ekspor Hong Kong menyusut 8 persen dan impor turun 9.8 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada gilirannya, Dewan Perdagangan dan Pengembangan Hong Kong awal bulan ini memperkirakan ekspor untuk tahun ini akan turun hingga 10 persen. Penurunan itu merupakan penurunan angka ekspor terburuk dalam satu dekade.
Para analis kemudian memperingatkan bahwa angka itu bisa terus turun jika hubungan China dan AS tak kunjung membaik.
Ryan Lam Chung-wang, kepala penelitian di Shanghai Commercial Bank, memperingatkan bahwa perang perdagangan AS-Cina, yang telah membawa langkah-langkah besar antara kedua negara adidaya ekonomi tersebut, akan menjadi ancaman tambahan bagi prospek perdagangan Hong Kong.
“Masalah-masalah ini tidak akan hilang dalam dua atau tiga bulan ke depan. Pasar sedang menunggu langkah-langkah apa yang akan diambil Amerika Serikat terhadap kota itu [Hong Kong],” jelas Lam.
Bulan lalu, Presiden Trump mengancam akan menghapuskan hak istimewa perdagangan yang diberikan Amerika Serikat kepada Hong Kong setelah para pejabat China membuat undang-undang keamanan.
Dengan berlakunya undang-undang keamanan, Washington juga menuduh China telah merusak derajat otonomi Hong Kong di bawah prinsip “satu negara, dua sistem.”
“Dampak ini dapat mempengaruhi ekspor inti Hong Kong seperti produk elektronik,” tegas Lam.
Produk-produk elektronik yang menjadi komoditas ekspor terbesar Hong Kong, pada bulan Mei anjlok hingga 20,5 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Permintaan dari pasar regional juga melemah, dengan ekspor ke Filipina turun 45,5 persen, ekspor ke ke India turun 37,9 persen, ekspor ke Singapura turun 29 persen dan Korea Selatan 18,4 persen.
Dari data-data tersebut, Lam kemudian memperkirakan bahwa keseluruhan ekspr Hong Kong akan berkontraksi hingga 12 persen di tahun ini.