Meski Memiliki Belanja Militer Besar, Jumlah Hulu Ledak Nuklir India Masih Kalah dari China dan Pakistan
Berita Baru, Internasional – India adalah pembelanja militer terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Cina; negara itu membelanjakan $ 71,1 miliar (naik 6,8 persen) pada 2019. Namun demikian, India masih cukup tertingal dari saingan beratnya, China dan Pakistan, dalam hal persenjataan nuklirnya. Hal ini sebagaimana dilaporkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
The Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Yearbook 2020 telah menemukan bahwa meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah hulu ledak nuklir pada tahun 2019, namun semua negara yang memiliki senjata nuklir terus memodernisasi persenjataan nuklir mereka.
India, yang terlibat dalam perlombaan nuklir yang sama, perlahan-lahan meningkatkan ukuran dan pasukan nuklirnya sesuai dengan laporan pelucutan senjata. Tetapi ia tertinggal dari saingan beratnya, China dan Pakistan dalam hal jumlah hulu ledak nuklirnya.
Sesuai data angkatan nuklir SIPRI, Tiongkok memiliki 290 hulu ledak pada Januari 2019 dan meningkatkan angka ini menjadi 320 pada Januari 2020. Sementara itu, stok India naik dari perkiraan 130-140 mencapai 150. Tetapi gudang senjata India masih terbilang kecil daripada Pakistan yang diperkirakan memiliki 150-160 hulu ledak pada Januari 2019.
India telah terlibat dalam sebuah pertikaian perbatasan selama lebih dari sebulan, ia berada di tengah modernisasi yang signifikan mengenai persenjataan nuklirnya. Kabarnya, India sedang mengembangkan triad nuklir pertama kalinya yang terdiri dari rudal darat dan laut baru serta pesawat berkemampuan nuklir,” kata laporan itu.
Sementara itu, China terus mengejar tujuan strategis jangka panjangnya untuk mengembangkan dan menggunakan penangkal nuklir berbasis laut, katanya.
China telah memperkuat persenjataan nuklirnya dengan memodernisasi dan mendiversifikasi senjata, tetapi pemerintah Cina telah menegaskan kembali komitmennya untuk “kebijakan nuklir yang tidak menggunakan senjata nuklir pertama kali setiap saat dan dalam keadaan apa pun dan tidak menggunakan atau mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan negara-senjata nuklir atau zona bebas senjata nuklir tanpa syarat,” laporan itu menambahkan.
Namun hal itu juga menunjukkan bahwa pada tahun 2019, India telah mengangkat spekulasi bahwa ia mungkin memodifikasi atau membatalkan doktrin nuklir yang diadopsi pada tahun 1998 dan beralih ke kebijakan nuklir yang lebih agresif.
Menteri Pertahanan India, Rajnath Singh, mengatakan melalui twitter pada bulan Agustus 2019 bahwa “India telah secara ketat berpegang pada doktrin ini. Apa yang terjadi di masa depan tergantung pada kondisinya.”