CIA Menuduh China Menekan WHO untuk Menunda Peringatan PHEIC
Berita Baru, Internasional – Pada hari Selasa (12/5), News Week membuat berita yang menyebutkan bahwa Badan Intelijen Pusat atau Central Intelligence Agency (CIA) mengklaim China telah berusaha menghentikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar tidak mengeluarkan peringatan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) terkait wabah virus korona di bulan Januari.
Secara resmi, pihak CIA belum mempublikasikan klaim tersebut. Namun menurut News Week, hal itu sudah dikonfirmasi oleh dua pejabat CIA.
Dua pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut beranggapan bahwa China mengancam akan berhenti bekerja dengan WHO terkait COVID-19 jika WHO tidak mau menunda peringatan tersebut.
Menanggapi hal itu, WHO telah memberi pernyataan bahwa WHO mendasarkan setiap rekomendasinya pada sains, praktik terbaik bagi kesehatan masyarakat, bukti, data dan saran dari para ahli yang independen.
Klaim yang dikeluarkan oleh salah satu badan intelijen pemerintah federal Amerika Serikat (AS) itu, muncul ketika Presiden Trump menuduh China menutupi dan memanipulasi data COVID-19 di masa awal kemunculannya.
Presiden Trump juga menuduh bahwa COVID-19 merupakan bioweapon yang dibuat oleh China di Laboratorium Wuhan. Namun China berulang kali menolak tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya selalu transparan dalam memberikan data tentang COVID-19.
Tuduhan Dari Intelijen Jerman
Tidak hanya pemerintah AS, terutama Presiden Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, salah satu media Jerman Der Spiegel juga baru-baru ini mengeluarkan tuduhan bahwa Presiden Xi Jinping secara pribadi menekan Dr. Tedros untuk tidak mempublikasikan berita tentang wabah COVID-19.
“Dalam panggilan telepon tanggal 21 Januari, Presiden China Xi Jinping meminta kepala Dr. Tedros untuk menahan informasi tentang penularan COVID-19 dari orang ke orang dan menunda peringatan pandemi,” tulis Der Spiegel mengutip informasi dari Bundesnachrichtendienst (BND) atau badan intelijen luar negeri Republik Federal Jerman.
Agak berbeda dengan BND, pejabat CIA yang berbicara dengan News Week tidak menyebut secara spesifik bahwa Presiden Xi Jinping sendiri yang menekan WHO, melainkan pemerintah China.
WHO dan China Menolak Tuduhan
Menanggapi tuduhan yang diberitakan oleh Der Spiegel, Dr. Tedros langsung memberikan pernyataan dalam situs resminya bahwa “Dr. Tedros dan Presiden Xi tidak berbicara pada 21 Januari dan mereka tidak pernah berbicara melalui telepon. Laporan [Der Spiegel] yang tidak akurat tersebut mengalihkan dan mengurangi upaya WHO dan dunia untuk mengakhiri pandemi COVID-19.”
Selain itu, Juru bicara WHO Christian Lindmeier meragukan adanya percakapan telpon antara Presiden Xi Jinping dan Dr. Tedros pada tanggal 20, 21 atau 22 Januari sebagaimana disebutkan dalam berita Der Spiegel.
Kementerian Luar Negeri China juga memberikan pernyataan bahwa tidak ada percakapan keduanya pada tanggal 21 Januari.
Christian Lindmeier mengatakan kepada News Week bahwa Presiden Xi Jinping dan Dr. Tedros hanya bertemu pada tanggal 28 Januari. Dan memang pertemuan itu tidak langsung mengumumkan peringatan PHEIC.
Agak berbeda dengan prosedur deklarasi atau peringatan pandemi global, peringatan PHEIC ini dikeluarkan ketika wabah menimbulkan resiko bagi lebih dari satu negara dan membutuhkan respon internasional yang terkoordinasi.
Dengan munculnya peringatak PHEIC ini, maka akan memicu berbagai langkah kesehatan masyarakat lebih dini, termasuk seruan untuk meningkatkan pendanaan dan sumber daya untuk menahan penyebaran wabah secara internasional.
Peringatan PHEIC ini juga akan memberikan rekomendasi terkait perdagangan dan transportasi internasional.
Pada tanggal 22 dan 23 Januari, WHO membentuk Komite Darurat untuk membahas deklarasi atau peringatan PHEIC. Namun para ahli saat itu menyimpulkan bahwa COVID-19 bukan merupakan suatu Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau dasar keamanan vaksinasi WHO.
Dan baru tanggal 30 Januari, WHO mengeluarkan peringatan darurat global pandemi COVID-19.
Sumber | Sputnik News |