Covid-19 #CatatanRamadan INTERNASIONAL
Masjid di Inggris Jadi Tempat Pemakaman Jenazah COVID-19
Berita Baru, Internasional — Coronavirus di Inggris sampai saat ini sudah menewaskan ribuan orang. Umat Islam di sana pun juga menjadi korban dari keganasan virus tersebut. Sementara, banyak keluarga kesulitan mencari tempat pemakaman bagi jenazah Muslim.
Alhasil, saat Ramadan 2020 tiba, masjid di Inggris yang biasanya ramai dengan jemaah kini hanya ramai ketika terdapat prosesi pemakaman jenazah korban virus Korona.
Seperti Masjid Jami Tengah Ghamkol Sharif di Birmingham, di mana tempat parkirnya kini diubah sebagai kamar mayat dengan kapasitas 150 jenazah.
Dilansir dari AP pada Kamis (30/4), kamar mayat ternyata dikelola secara sukarela.
London dan Midlands sendiri merupakan kota yang berpusat di Birmingham. Dua wilayah multi-etnis ini mencatatkan jumlah kematian terbesar Covid-19.
Sementara itu, Mohammed Zahid, takmir masjid yang membantu mendirikan kamar mayat bersama direktur firma pemakaman Muslim menerangkan, bahwa masjid di Birmingham mengadakan 1-2 pemakaman dalam seminggu.
“Dalam beberapa minggu terakhir, kami melakukannya 5-6 sehari,” terang Mohammed Zahid, dikutip dari AP.
Bersamaan dengan itu, social distancing yang diterapkan pemerintah setempat cuma memberi izin maksimal 6 orang untuk menghadiri setiap pemakaman.
“Ketika mereka tidak mungkin ditemani saudaranya – itu sangat sulit bagi mereka yang kehilangan orang-orang yang dicintai,” kata Zahid, yang juga kehilangan 2 bibi karena Covid-19.
Kisah serupa juga terjadi di Masjid Green Lane. Menururt laporan, di luar masjid ini, peti mati bertumpukan, bahkan masjid tersebut biasanya melaksanakan 25 pemakaman setahun, tapi selama 3 minggu ini sudah ada 5 pemakaman tiap harinya.
“Semua orang khawatir apakah anggota keluarga mereka yang (meninggal) berikutnya, atau mungkin orang yang mereka cintai,” terang Saleem Ahmed kepala kesejahteraan dan layanan masjid.
Sampai saat ini, Inggris sudah memiliki lebih dari 20.700 kematian karena Covid-19. Virus ini menginfeksi orang-orang dari segala usia dan latar belakang, bahkan termasuk Perdana Menteri Boris Johnson yang sempat dirawat secara intensif selama 3 malam.