Matamu Bernoktah Aku
Alumni Bengkel Teater Rendra.
Menjadi pegiat Komunitas Seni Budaya (KSB) UNY di Yogyakarta.
Alamanak berjatuhan
Ku tinggalkan segala harap
Pada kencangnya waktu
Sebelum pagi menjadi lebih matang
Tak ada cemas di kursi ibu
Hanya ada genangan-genangan air mata
Almanak berjatuhan
Tak ada yang menanggalkan kepergiannya
Jejaknya pun dipungut
Bahkan tubuhnya ditinggalkan
Di atas meja, bertumpuk dengan buku-buku
Yang terbakar
Bulan sengaja mengambilnya
Setelah matahari menaruhnya
Dan hujan tak dapat pula dijemput
Di pelupuk mata
(2020)
Matamu bernoktah aku
Terpaku berada didekatmu
Tiba-tiba bulan menjelma bola matamu
Angin sunyi
Cahaya lekas mengering
Dua bola mataku seketika rabun
Oleh pijar parasmu
Serupa senja yang tertukar dengan arunika
Kata-kata berjatuhan tanpa mempunyai
Sebuah nama
Kata-kata menawarkanku tuk bertanya-tanya
Namun, kata-kata telah melukai dirinya
Sebelum kehilangan pendar cahaya
Teduh di noktah matamu
Sementara aku memahat wajahmu
Pada kebun ingatanku
Dan kau menabur benih-benih rindu
Untukku makan pada meja kesuniyan
(2020)
Sampai
Jejak langkahmu membekas di jemalaku
Kau mempunyai beberapa nama
Ditata setelah sekian lama kau timbun
Ku jeda sepersekian detik
Menghirup nafas, perjalanan masih jauh
Sementara jalan kemarin belum sempat kau jamah
Pada deburan debu di tengah jalan
Kau bertanya, apakah aku akan sampai?
(2020)
Bunga tidur
Mimpi adalah awal sebuah kehidupan
Seorang anak memesan mati sementara
Diatas Kasur tapi ia berpesan:
“Jangan kau kubur mayatku, sebelum aku mati
ditanganMu”
Sebelumnya anak itu menenggak racun
Agar tidurnya senantiasa tenang
Dan bangun seperti telah lahir kembali
Dosa sebagai makanan sehari-hari
Mengaku pemilik dari segala
Kehidupan yang fana
Dan dianggap abadi oleh segelintir anak
Di sisa-sisa usia
Mereka tak menyisakan keberanian
Untuk menjadi manusia seutuhnya
Tapi sebagian bercampur malaikat, setan, tumbuhan dan hewani
Bahkan tuhan juga ikut andil didalamnya
Hendak menjelma madu
Yang mengalir ke telaga kautsar
Berdampingan di sungai-sungai susu
Yang kental tapi tak manis
Dan bidadari senantiasa menyirami
Bunga-bunga mimpi
(2020)
Rinai puisi
Rinai puisi menggenang di lubang kenangan
Melarutkan kisah-kisah pertemuan
Menyusuri aspal yang lindap
Menghafal namamu yang berakhir senyap
Yogyakarta, 2020.