SATGAS COVID-19 AS: Virus Lebih Cepat Mati ketika Terkena Sinar Matahari, Suhu-Kelembaban Tinggi, dan Disinfektan
Berita Baru, Internasional – Pada hari Kamis (23/4) kemarin, Gedung Putih mengadakan konferensi pers yang dihadiri Presiden Trump, beberapa pejabat Department of Homeland Security (DHS) atau Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan wartawan.
Dalam konferensi pers itu, pejabat senior DHS William Bryan mengatakan bahwa para ilmuan pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mempelajari terkait virus korona dalam biolab, terutama dalam kondisi apa virus korona bisa mati.
Dalam pengarahan Satuan Tugas Virus Korona Gedung Putih, Bryan mempresentasikan kepada para wartawan yang hadir tentang hasil pertama dari penelitian yang ia lakukan bersama dengan National Biodefense Analysis and Countermeasures Center terkait dalam kondisi apa virus korona dapat bertahan.
Bryan mengatakan kepada wartawan bahwa COVID-19 itu mati “dengan kecepatan yang jauh lebih cepat” ketika berada dalam suhu dan kelembapan yang lebih tinggi. Ia mencatat bahwa pada suhu 75 derajat Fahrenheit dan kelembapan 80%, virus COVID-19 akan mati lebih cepat daripada suhu dan kelembapan biasa. Dalam suhu dan kelembapan yang tinggi, virus akan mati dalam waktu 1 sampai 6 jam.
Namun, ketika terkena sinar matahari langsung dalam musim panas di bawah kondisi itu, virus akan musnah hanya dalam dua menit.
Para ilmuwan DHS juga menggaris bawahi bahwa masih belum jelas apakah disinfektan (bleach) bisa membunuh virus korona dalam lima menit, lalu isopropil alkohol membunuh virus hanya dalam satu menit.
Bryan juga mengatakan bahwa dalam biolab mereka, mereka masih menguji beberapa kondisi dan situasi yang lain, termasuk perbedaan konsentrasi dari sinar matahari, sinar ultraviolet, suhu, dan kelembaban. Tidak hanya itu, mereka juga menguji disinfektan lainnya yang bisa digunakan membunuh virus.
Dalam konferensi pers itu, ketika seorang wartawan bertanya kepada Bryan mengapa di daerah yang mempunyai suhu dan kelembaban tinggi seperti New Orleans dan Florida tetap banyak yang terinveksi COVID-19, Bryan mengingatkan bahwa sinar matahari, suhu dan kelembaban bukanlah penyembuh.
“Lihatlah bagaimana virus korona sebagai rantai dengan banyak jaringan.” Ujar Bryan sambil mencatat temuannya hanya untuk menunjukkan pada “jaringan lemah” dalam rantai penyebaran.
“Itu tidak menghilangkan usaha lain, arahan dari Gedung Putih atau CDC, yang perlu dilakukan orang untuk melindungi diri mereka sendiri,” ujarnya sambil menekankan, “hasil temuan ini adalah senjata lain yang bisa digunakan dalam perang.”
Meski ia telah menemukan kondisi seperti apa yang bisa membunuh virus korona dan juga mengatakan “kondisi musim panas akan menciptakan lingkungan di mana penularan akan berkurang,” Bryan mengingatkan agar tetap berhati-hati. Ia memperingatkan bahwa pihaknya “tidak bertanggung jawab untuk mengatakan bahwa kami merasa musim panas akan benar-benar membunuh viru. Namun kami memiliki peluang untuk terus maju.”
Selain wartawan yang bertanya, dalam konferensi pers itu Presiden Trump juga mengajukan pertanyaan pada Bryan, “Apakah virus itu akan mati di tangan seseorang yang berada dalam kondisi ideal yang ia jelaskan?”
Bryan menjawab, “walaupun kulit adalah permukaan yang tidak keropos, tempat virus ini hidup lebih lama, namun “secara teori” sinar matahari dapat membunuh virus pada kulit manusia juga.
Presiden Trump mencatat bahwa meskipun orang-orang berharap bahwa musim panas akan membantu mereka berperang dengan pandemi virus korona, namun ia menegaskan bahwa pemerintas AS akan memperpanjang aturan penjarakan sosial.
“Sampai kita merasa aman, kita akan memperluas,” ujar Presiden Trump kepada wartawan.
Sebelumnya, Presiden Trump pernah mengatakan bahwa sinar matahari mungkin akan membantu melawan pandemi COVID-19, namun ia kemudian dicerca dan dianggap membuat hoaks oleh beberapa media.
Sumber | Sputnik News |