Pelaut adalah Kunci Industri Pelayaran di Tengah Pandemi COVID-19
Berita Baru, Internasional – Pada bulan Januari diperkirakan pasar tahunan dalam pengiriman komoditas dry bulk akan tumbuh hingga USD402 miliar pada 2023. Komoditas-komoditas dry bulk tersebut misalnya baja, batu bara, bijih, kayu, pasir, pakan ternak, gula, kopi, teh, biji kakao dan biji-bijian, termasuk beras kantong. Pandemi global virus korona yang merajalela membuat industri pelayaran khawatir karena adanya aturan karantina wiliayah.
Industri pelayaran telah menyerukan kepada pemerintah di seluruh dunia untuk memperlakukan 1,6 juta Pelaut di dunia sebagai “pekerja kunci” dan membebaskan mereka dari aturan pembatasan sosial dan karantina wilayah agar rantai pasokan global terus berjalan.
Sementara itu, sejauh ini, sebagian besar industri kargo udara tidak terpengaruh oleh pandemi virus korona. Kargo udara bisa mengirimkan buah dan sayuran segar dari seluruh dunia ke berbagai daerah. Pengiriman barang pun lolos tanpa ada cedera.
Tetapi sumber-sumber di industri perkapalan mengatakan badai mungkin bisa menghambat dan membayangi industri pelayaran.
Banyak dari Pelaut atau kru kapal telah memperpanjang kontrak untuk menjaga agar industri pengiriman via laut tetap berjalan. Meskipun ratusan ribu pelaut dari India, Indonesia, Rusia dan Filipina berusaha pulang ke rumah agar bisa bersama keluarga mereka.
“Saat ini ada 1,2 juta pelaut di laut pada titik mana pun. Keselamatan dan kesejahteraan pelaut ini adalah prioritas utama kami. Pelaut pada dasarnya memiliki sifat, sangat tangguh. Ini tidak seperti yang dibayangkan orang normal, bagaimana hidup di lautan hingga enam bulan,” ujar Guy Platten selaku Sekretaris Jenderal International Chamber of Shipping (ICS).
Namun Platten juga menambahkan, “Krisis akibat pandemi virus korona saat ini telah menciptakan situasi di mana pergantian pelaut hampir tidak mungkin untuk dilakukan. Dan ini telah mengakibatkan banyak pelaut terpaksa harus memperpanjang kontrak mereka untuk tetap berada di laut. Pengorbanan seperti ini kadang-kadang tidak diperhatikan dalam diskusi yang lebih luas, tetapi para pelaut ini adalah yang terdepan, pekerja garis depan, dan kontribusi mereka harus diakui. Pelaut adalah pahlawan tanpa tanda jasa dari perdagangan global.”
Awal pekan ini, Kitack Lim selaku Sekretaris Jenderal International Maritime Organization (IMO) mengatakan, “sangat penting untuk diperhatikan bahwa aliran perdagangan melalui laut tidak boleh terganggu untuk hal yang tidak perlu.”
Dia mengatakan para pelaut “berada di garis depan dari bencana global ini.”
Mr Lim mendesak pemerintah untuk “memberikan pengecualian yang diperlukan kepada pelaut profesional dan anggota atau kru kapal dan saat melakukan perjalanan nasional. Dan juga memberi pengecualian terkait aturan yang membatasi pergerakan dan memfasilitasi mereka yang bergabung atau yang mau meninggalkan kapal.”
Biasanya sekitar 100.000 pelaut setiap bulan terlibat dalam perubahan anggota atau kru kapal. Satu anggota atau kru mengakhiri kontrak mereka setelah tiba di tempat tujuan dan menurunkan kapal. Lalu ia mengambil cuti sementara. Kemudian kru pengganti mengambil alih tugasnya dan ikut kapal ke pelabuhan baru.
Tetapi undang-undang karantina wilayah yang diberlakukan oleh Italia, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Jepang dan banyak negara lain telah membuat pergantian anggota atau kru kapal sangat sulit.
“Sementara kami yakin bahwa pelaut di seluruh dunia akan terus bekerja dalam batas-batas yang memungkinkan. Adalah penting bahwa kami memastikan dapat mengembalikan pelaut baik pria maupun wanita ini ke rumah mereka dengan selamat. Selain itu, sangat penting untuk kelangsungan perdagangan laut bahwa sokongan dari anggota atau kru kapal dapat menggantikan tempatnya.”
Pada tanggal 19 Maret, sebuah kapal muatan curah (kapal bulk), Thalassini, tiba di Royal Portbury Dock, dekat Bristol, sebelah barat Inggris. Kapal itu datang dengan tujuan menurunkan muatan dari Ravenna Italia yang terkena pandemi virus korona.
Tidak diketahui apakah para awak kapal diizinkan untuk turun di Bristol atau tidak. Namun pada tanggal 28 Maret sebuah kapal muatan yang berisi biji-bijian (grain) dilaporkan terbakar.
Rencananya, kapal yang memuat jelai Inggris (barley) itu akan tiba di Port Said, Mesir pada 10 April. Namun tidak jelas apakah terjadi perubahan awak kapal di Bristol.
Sudah biasa bagi para awak kapal untuk terus bergantian tergantung pada perusahaan mana yang telah menyewa kapal. Namun sumber-sumber di industri perkapalan mengatakan perubahan awak menjadi hampir mustahil karena adanya hukum karantina wilayah dan kurangnya penerbangan internasional.
“Industi perkapalan global beroperasi dengan asumsi bahwa kami akan dapat melakukan pergantian 100.000 pelaut setiap bulannya. Setiap singgah dan berlabuh di suatu negara, larangan perjalanan dan pembatasan pelabuhan membuat pergantian awak ini lebih sulit. Dengan tidak adanya pengaturan khusus untuk mereka maka ini bisa berakibat pada industri pelayaran. Karena itu, negara-negara harus mencari solusi aman dan berkelanjutan untuk mengangkut 100.000 pekerja kunci [pelaut] ini di seluruh dunia.” Ujar Mr Platten.
Pada tanggal 23 Maret pemerintah Inggris, Menteri Transportasi Kelly Tolhurst, menulis kepada International Maritime Organisation (IMO) dan meyakinkan mereka bahwa “pada masa-masa yang luar biasa ini” mereka “berkomitmen untuk memberi kesejahteraan pada pelaut dari semua negara.”
Ms Tolhurst menulis, “Saya ingin meyakinkan Anda semua bahwa Inggris akan terus mengakui komitmen kami di bawah konvensi internasional mengenai transit dan pergantian pelaut dan hak mereka untuk mendapatkan cuti darat.”
Sementara para awak kapal penjelajah (cruiseliners) tidak ke mana-mana, kapal kargo masih beredar di seluruh dunia. Namun jika pergantian kru tidak dapat dilakukan, maka rantai pasokan global akan bisa mengakibatkan ekonomi dunia bisa terhenti.
Pekan lalu, direktur pelaksana Peter Gilding, importir dan distributor buah Inggris, mengatakan harga grosir buah telah naik karena biaya transportasi internasional telah meningkat.
Sumber | Sputnik News |