5 Tahun Pertumbuhan Ekonomi Jember Stagnan
5 Tahun Pertumbuhan Ekonomi Jember Stagnan
Oleh: Zainul Hasan
Semarang, 30 Maret 2020
Opini — Sejak terpilih dr. Hj. Faida, MMR menjadi Bupati Jember pada 17 Februari 2016, tentu menjadi harapan baru bagi masyarakat Jember. Betapa tidak, dr. Faida begitu sapaan akrabnya, merupakan bupati perempuan pertama dalam sejarah kepemimpinan Kabupaten Jember. Serta beliau juga merupakan seorang dokter dan direktur rumah sakit Bina Sehat Jember.
Masyarakat sangat berharap banyak pada beliau. Dengan slogan kampanye nya “ Jember Baru, Jember Bersatu”, yang tertuang dalam 22 janji kerja Bupati ketika masa kampanye. Tentu hal ini menjadi daya tarik bagi masyarakat jember, sehingga beliau mendulang suara sebesar 53,76 persen saat pemilu.
Lima tahun sudah berlalu, dan tahun ini adalah tahun terakhir dr. Faida menjabat. Tentunya banyak hal yang sudah beliau lakukan untuk pembangunan Jember. Dengan berbagai prestasi di bidang pemerintahan dan kesehatan. Walaupun pembangunan bukan ditentukan oleh aspek ekonomi saja. Namun, bagaimana dengan pembangunan ekonomi Jember pada periode ini ?
Pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Sehingga persepsi dalam pembangunan ekonomi melahirkan pemahaman urgensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Hasan, 2018). Dengan begitu, suatu wilayah dikatakan berhasil melakukan pembangunan jika pertumbuhan ekonominya tinggi. Indikator pertumbuhan ekonomi, dapat dilihat berdasarkan produktivitas wilayah tersebut. Dalam hal ini, produktivitas dapat diproksikan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk lingkup provinsi atau kabupaten. Sampai saat pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan target utama dalam rencana pembangunan suatu wilayah.
Stagnansi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember, nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten jember atas dasar harga berlaku tahun 2019 adalah sebesar 77.234.241,8 juta rupiah. Sedangkan berdasarkan harga konstan 2010, nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga mengalami kenaikan. Secara nominal, nilai PDRB terus mengalami kenaikan sejak tahun 2015. Tahun 2019 laju pertumbuhan ekonomi kabupaten jember sebesar 5,31 persen. Atau meningkat sebesar 0,08 persen dari tahun 2018 sebesar 5,23 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang tidak mencapai 1 digit angka ini, menunjukkan bahwa tingkat produktivitas semua sektor lapangan usaha di Kabupaten Jember sangat rendah. sehingga hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan atau tidak berubah. Beberapa pakar juga menyebutkan bahwa stagnasi juga terjadi jika pertumbuhan ekonomi kurang dari 2-3 persen per tahun. Jika ditarik jauh kebelakang, maka pada periode kepemimpinan dr. Faida, perekonomian Kabupaten Jember cenderung stagnan atau tidak ada perubahan.
Pada masa periode kepemimpinan sebelumnya, Ir. H. MZA Djalal M.Si, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember mengalami tren yang meningkat. diawali pada tahun 2010, laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen. Dan terus meningkat pada puncaknya tahun 2014 sebesar 6,21 persen. Setelah itu, pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Jember mengalami penurunan. Hingga sampai pada tahun 2019 laju pertumbuhan ekonomi Jember tidak mengalami perubahan. Hanya berkisar pada angka 5 persen. Fenomena ini dapat diartikan bahwa produktifitas semua sektor lapangan usaha yang ada di Jember tidak berkembang atau stagnan.
Tentu hal ini berkaitan dengan penggunaan anggaran pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dalam memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran rutin berkaitan dengan belanja administrasi umum, sedangkan belanja pembangunan berkaitan dengan belanja untuk proyek-proyek pembangunan daerah. Kedepan, tentu belanja rutin harus disesuaikan, dan berfokus pada belanja pembangunan yang memiliki dampak riil terhadap pembangunan Kabupaten Jember.
Penurunan Tajam Pada Sektor Basis
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember ditopang oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Hal ini ditunjukkan oleh peranan sumbangsih sektor basis yaitu lapangan usaha sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. sektor tersebut terhadap PDRB tahun 2019 sebesar 26,39 persen. Artinya mayoritas lapangan usaha masyarakat Jember bekerja pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Sektor berikutnya adalah lapangan usaha sektor Industri dan Pengolahan, memberikan sumbangsih terbesar kedua, sebesar 20,46 persen terhadap PDRB. Dan yang ketiga adalah lapangan usaha sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor memberikan sumbangsih sebesar 14,20 persen. Ketiga sektor lapangan usaha inilah yang menjadi penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember.
Namun jika dilihat pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember mengalami penurunan secara drastis.
Fenomena stagnansi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember tentu saja tidak dapat dipungkiri. Hal ini dikarenakan sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mengalami penurunan yang sangat drastis. Pada tahun 2015, posisi pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 3,99 persen. Akan tetapi, mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2018 sebesar 0,02 persen. Dan meningkat lagi pada tahun 2019 sebesar 1,46 persen. Namun jika dilihat tren secara keseluruhan, lapangan usaha sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menunjukkan penurunan yang signifikan.
Hal ini tentu menjadi catatan kritis bagi para pemangku kebijakan di Kabupaten Jember. Pasalnya, sektor basis Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, merupakan penopang terbesar pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember. Jika sektor ini tidak tumbuh atau katakanlah tidak mengalami peningkatan produktifitas. Maka hal ini akan berdampak pada pembangunan manusia di Kabupaten Jember. Serta akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Jember.
Sangat disayangkan, ketika pertumbuhan sektor ini terus turun sejak tahun 2015. Pemerintah kabupaten Jember menolak hibah alat mesin pertanian (Alsintan) pada tahun 2019 dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Tentunya hibah Alsintan ini merupakan langkah baik dari Provinsi untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Karena selama ini para sistem pertanian masih di dominasi oleh sistem tradisional. Harapannya jika Kabupaten Jember menerapkan modernisasi ini, maka akan menciptakan efisiensi pada sektor usaha pertanian. Jauh lagi tentu ini akan menciptakan daya saing kompetitif dan kontuinitas suplai pangan. Hal ini mengingat bahwa Jember adalah episentrum Ekonomi di Bidang Pertanian untuk wilayah Sekarkijang (Se- Karesidenan Besuki dan Lumajang).
Tentu bagi penulis, 22 janji kerja bupati belum sepenuhnya tercapai pada akhir periode ini. Masih jauh panggang dari api, jika di awal kampanye menyebutkan Jember Mandiri. Melihat bahwa pertumbuhan ekonomi pada periode ini yang stagnan. Dan pada sektor Pertanian yang mengalami penurunan pertumbuhan yang drastis.
Tentu kedepan, sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang menjadi sektor basis di Kabupaten Jember harus mendapat perhatian penuh dari para pemangku kebijakan. Karena baik secara geografis dan lapangan usaha, Jember memang wilayah agraris yang harus terus dijaga keberlangsungannya. Dimana pada sektor ini banyak masyarakat menggantungkan hidupnya. Jika pertumbuhan sektor ini pertumbuhannya rendah, maka pelaku usaha di dalam sektor ini pun tidak dapat merasakan kesejahteraan.
Terakhir untuk para calon bupati atau jika Bupati Faida terpilih kembali untuk periode berikutnya. Pembangunan kawasan Kabupaten Jember difokuskan pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Di Sektor ini juga, para calon Bupati nantinya dapat meraup suara.
Semoga kedepan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember bisa keluar dari stagnansi ini. Kita semua menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat terwujud jika pemerintah daerah benar-benar melakukan kerja-kerja pembangunan. Dan selalu berpihak pada kepentingan masyarakat umum.