Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ratusan Ribu Siswa di Jawa Barat Masa Depannya Bergantung pada Penilaian Akhir Sekolah 

Ratusan Ribu Siswa di Jawa Barat Masa Depannya Bergantung pada Penilaian Akhir Sekolah 



Berita Baru, Jakarta – Lulusan SMA di Indonesia diragukan kualitasnya dan kampus di Belanda ogah terima lantaran tidak ada Ujian Nasional!

Kurang lebih demikianlah wacana yang sempat menghebohkan sosial media beberapa waktu lalu. Tidak sepenuhnya salah, karena memang untuk universitas berbasis riset di luar negeri termasuk Belanda tidak bisa langsung menerima siswa lulusan SMA dari Indonesia tanpa adanya ujian nasional. Dikompulir dari berbagai sumber, sebetulnya aturan tersebut sudah berlaku sejak bertahun-tahun lalu dan tidak sepenuhnya hanya dipengaruhi ujian nasional saja. 

Ujian Nasional yang dilaksanakan suatu negara memang jamak digunakan sebagai salah satu standar atau acuan kualitas pendidikan di negara tersebut. Meski demikian, beberapa negara maju justru memilih untuk tidak melaksanakannya, sebutlah Finlandia, Kanada, Jepang, Korea Selatan, juga Amerika Serikat. Masing-masing negara tentu memiliki pertimbangan sendiri, begitu juga dengan Indonesia. 

Ratusan Ribu Siswa di Jawa Barat Masa Depannya Bergantung pada Penilaian Akhir Sekolah 

Dalam banyak rilis yang beredar di dunia maya, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BSKAP Kemendikbud Ristek), Anindito Aditomo, telah membantah jika penghapusan Ujian Nasional akan menutup peluang siswa lulusan SMA Indonesia melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Ujian Nasional dihapus sebagai ujian kelulusan. Meski begitu, evaluasi kegiatan belajar siswa tetap harus dilakukan untuk tetap menjaga standar dan kualitas pendidikan Indonesia. Bahkan pelaksanaannya kini dilakukan secara digital menggunakan Learning Management System (LMS) seperti Pijar Sekolah.

Evaluasi melalui Penilaian Akhir Semester (PAS) berperan juga dalam memastikan keberhasilan proses pendidikan di setiap jenjang. Pemerintah merancang PAS untuk mengevaluasi sejauh mana siswa memahami materi yang telah diajarkan selama satu semester ke belakang. Lewat PAS, guru dapat mengukur tingkat kompetensi dasar yang diharapkan, sekaligus mengidentifikasi apa saja yang perlu ditingkatkan. PAS juga membantu guru mengevaluasi efektivitas metode pengajaran yang diberikan. Jika banyak siswa yang mengalami kesulitan, bisa jadi hal ini menjadi sinyal bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan perlu diperbaiki. Sementara itu, secara strategis PAS juga akan membantu sekolah dalam mengevaluasi kurikulum yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. 

Sayangnya, pelaksanaan PAS memiliki tantangan yang tidak sepele!

Ratusan Ribu Siswa di Jawa Barat Masa Depannya Bergantung pada Penilaian Akhir Sekolah 

Proses pelaksanaan PAS yang dilakukan secara manual membuat banyak sekolah merasakan inefisiensi. Setidaknya, hal ini diakui oleh Bidang Kurikulum SMAN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung, Ratih. Y. S, “Menjelang akhir semester seperti ini kami harus membuat jadwal ujian, merekap nilai, merekap absen, yang membuat kami bekerja hingga larut malam.” 

Memang, penyusunan soal hingga pengoreksian jawaban secara manual membuat guru harus mencetak soal dalam jumlah besar, memastikan distribusinya, dan mengoreksi hasil ujian secara individu. Bukan hanya sekadar menyita waktu, juga berpotensi terhadap risiko kesalahan dalam penilaian. Selain itu, tantangan juga akan muncul dari sisi keamanan dan kerahasiaan soal ujian, logistik, termasuk sarana ruang ujian, alat tulis, dan peralatan lain yang bisa saja menjadi kendala bagi sekolah-sekolah dengan sumber daya terbatas.

Tantangan-tantangan semacam inilah yang membuat pemerintah memutuskan PAS dilakukan secara digital menggunakan Computer Test Based (CBT). Ratih dan rekan-rekannya di SMAN 1 Cisarua merasakan betul bagaimana perubahan terjadi berkat peralihan ke digital. Setelah dihadapkan pada tantangan ujian manual hingga menggunakan aplikasi ujian sekolah online, mereka begitu bersemangat menjalani transformasi ini. 

“Sekolah kami sangat mendukung transformasi di dunia pendidikan, karena peralihan ini terbukti mampu membuat guru-guru kami bekerja lebih efektif dan efisien. Terutama dalam persiapan, pelaksanaan, hingga PAS dilaksanakan,” ungkap Kepala Sekolah SMAN 1 Cisarua Kabupaten Bandung, Neneng Titin Suryati. 

Ratusan Ribu Siswa di Jawa Barat Masa Depannya Bergantung pada Penilaian Akhir Sekolah 

Lebih lanjut, Neneng juga mengatakan bahwa dirinya merasa lega sekarang, lantaran guru-guru sudah jarang yang membawa pekerjaan ke rumah, “Happy banget karena sekarang guru-guru bisa bekerja lebih efektif dan sudah jarang membawa pekerjaan ke rumah karena semua sudah terbantu secara otomatis dalam aplikasi Pijar Sekolah yang kami pakai.”

“Senang sekali kami dapat melaksanakan PAS akhir semester ini dengan lancar dan tepat waktu berkat Pijar Sekolah dari Telkom, diikuti oleh 1286 siswa. Proses pengoreksian dan perhitungan nilai juga menjadi lebih cepat juga akurat, sehingga bisa langsung diakses siswa dan orangtua secara realtime. Kami berharap dengan solusi yang diberikan oleh Pijar Sekolah, kami akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan agar siswa lulusan sekolah kami dapat bersaing di masa depan,” pungkas Neneng.

Masih dengan suara senada dari sekolah di Bandung, Titi Latifah sebagai Kepala Sekolah SMPN 15 Bandung juga mengungkapkan hal yang sama. Pihaknya yang semula selalu berhadapan dengan berbagai tantangan akibat pelaksanaan PAS manual, sekarang bisa bernafas lega berkat hadirnya aplikasi ujian sekolah. 

“Kami beruntung segera menemukan Pijar Sekolah saat kami tengah menghadapi tantangan untuk beralih ke digital. Alhamdulillah, sekarang semua menjadi mudah berkat Pijar Sekolah, koreksi hasil ujian sudah langsung otomatis dari sistem dan kami sudah tidak perlu membawa berkas ke mana-mana lagi. Paling penting, guru-guru bisa istirahat cukup,” kelakarnya. 

Ratusan Ribu Siswa di Jawa Barat Masa Depannya Bergantung pada Penilaian Akhir Sekolah 

Pijar Sekolah adalah platform digital yang dikembangkan Telkom untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Masih menurut Titi, Pijar Sekolah juga sudah menyematkan remote block yang dapat membantu sekolah meminimalisir indikasi kecurangan saat ujian berlangsung, “Fitur remote block yang ada di Pijar Sekolah menjaga anak didik kami dari kecurangan seperti menyontek misalnya, karena ketika mereka membuka tab selain ujian, maka akan terblokir secara otomatis.”

Selain itu, fitur aplikasi ujian sekolah online ini juga sudah dilengkapi dengan analisis butir soal yang dapat membantu guru memonitor hasil ujian siswa per soal dan memilah soal mana yang bisa menjadi evaluasi pasca ujian.

“Ujian sekarang lebih praktis, membaca dan menelaah soalnya juga lebih gampang karena menggunakan smartphone selama ujian. Trus, hasilnya juga nggak perlu nunggu lama karena bisa langsung terupdate di aplikasi,” kata Chikal, siswa SMPN 15 Bandung. 

Sampai Agustus 2024, pengguna fitur CBT Pijar Sekolah di provinsi Jawa Barat sudah lebih dari 200 sekolah dengan jumlah pengguna baik guru dan siswa hampir 100 ribu orang. 

Keberhasilan pelaksanaan PAS menggunakan aplikasi ujian sekolah tahun ini menjadi cerminan betapa digitalisasi membantu kinerja sekolah menjadi lebih efektif dan efisien. Ke depannya, tentu kita berharap mutu pendidikan di negara kita tetap terjaga bahkan terus meningkat. Sehingga tidak akan kita dengar lagi keraguan-raguan terhadap kualitas pendidikan siswa lulusan SMA Indonesia dari luar negeri.