PBB Sebut Gencatan Senjata di Lebanon Buka Jalan Bagi Bantuan dan Pemulangan Pengungsi
Berita Baru, Lebanon – Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (2/12/2024) mengatakan bahwa dengan tercapainya gencatan senjata di Lebanon, rekan-rekan dan mitra mereka dapat membantu para pengungsi yang pulang ke rumah dan mereka yang masih mengungsi. Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration/IOM), hampir 580.000 orang mulai kembali ke komunitas mereka dalam 24 jam pertama setelah gencatan senjata.
Dikutip dari laman Xinhua News, otoritas nasional melaporkan bahwa hampir 90 persen pengungsi di tempat penampungan kolektif telah meninggalkan tempat penampungan pada Sabtu (30/11/2024), dengan tersisa lebih dari 22.000 pengungsi di kurang lebih 400 lokasi.
Lebih dari 28.000 orang telah menyeberang dari Suriah ke Lebanon sejak Rabu (27/11), menurut Badan Pengungsi PBB di Suriah. Selain itu, ada lebih dari 560.000 orang yang menyeberang dari Lebanon ke Suriah sejak akhir September.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa banyak tantangan bagi mereka yang pulang ke rumah termasuk infrastruktur yang rusak, layanan yang terbatas, masalah keamanan, dan ancaman sisa bahan peledak berbahaya (unexploded ordnance/UXO). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa mereka memprioritaskan perbaikan 14 rumah sakit dan mengatasi risiko wabah penyakit.
Sementara itu, Dana Anak-anak PBB (UNICEF) terus mendukung sistem pasokan air, dengan sekitar 1,5 juta orang mendapat manfaat dari 95 perbaikan infrastruktur sejak September. UNICEF juga menyediakan bantuan air, kebersihan, dan sanitasi darurat untuk 500.000 orang. Menurut UNICEF, hingga saat ini mereka telah melakukan 14 konvoi kemanusiaan yang menjangkau lebih dari 49.000 orang di daerah-daerah yang sulit dijangkau, dan berencana melakukan lebih banyak konvoi.
UN Habitat dan para mitranya memperkirakan lebih dari 15.000 bangunan telah hancur sebagian atau total di kegubernuran Selatan dan Nabatiyeh di Lebanon, sementara Bank Dunia melaporkan sekitar 100.000 unit rumah rusak sebagian atau total sejak serangan udara Israel dimulai pada akhir September.