Trump Unggul Tipis atas Harris dalam Perebutan Suara di AS Menjelang Pemilu
Berita Baru, Washington – Persaingan menuju Gedung Putih semakin ketat sepekan sebelum warga Amerika Serikat (AS) memberikan suara mereka untuk memilih presiden berikutnya. Kandidat Partai Republik Donald Trump unggul atas kandidat Partai Demokrat Kamala Harris dengan rata-rata 0,4 poin persentase dalam jajak pendapat nasional per Selasa (29/10/2024), menurut situs web informasi pemilu AS, Real Clear Politics.
Dilansir dari laman Xinhua News pada Kamis (31/10/2024), Trump unggul tipis di banyak negara bagian yang dapat dimenangkan oleh kandidat mana pun (swing state), termasuk Georgia, Arizona, Pennsylvania, Wisconsin, dan Carolina Utara, sementara Harris memimpin setengah poin di Michigan.
Swing state kemungkinan akan menentukan hasil pemilu, dan kedua kandidat telah aktif berkampanye di lokasi-lokasi tersebut. Mereka menghadiri pertemuan-pertemuan massa untuk menyampaikan argumen mereka kepada para pemilih. “Persaingan presiden masih ketat, tetapi Harris mengungguli Trump dengan selisih 2 atau 3 banding 1 dalam hal promosi,” kata Darrell West, senior fellow di Brookings Institution, kepada Xinhua.
Inflasi dan ekonomi merupakan sebagian isu utama. Meskipun Presiden AS Joe Biden dan wakilnya Harris mengelola ekonomi dengan tingkat pengangguran yang rendah, banyak pemilih tidak senang dengan tingginya harga selama masa pemerintahan keduanya.
Selain itu, kampanye Trump menuduh pemerintahan Biden-Harris menyebabkan peningkatan signifikan dalam tingkat kriminalitas di sejumlah area perkotaan.
Toko-toko kini menyimpan dan mengunci barang dagangan mereka karena para pengutil tidak ragu untuk mengisi kantong sampah hingga dipenuhi barang dan keluar begitu saja dari toko tanpa membayar. Para pecandu narkoba mengonsumsi heroin dan obat terlarang lainnya pada siang hari di banyak kota. Mereka mengganggu dan melakukan penyerangan fisik terhadap para pejalan kaki, serta buang air kecil maupun besar di trotoar di berbagai area pusat kota.
Pada saat yang sama, Trump telah membuat marah beberapa pihak, seperti yang biasanya dilakukannya, dengan apa yang disebut kritikus sebagai retorika provokatif.
Para kritikus juga mengecam Trump karena rencananya untuk meluncurkan operasi deportasi massal terhadap jutaan imigran yang secara ilegal menyeberangi perbatasan sejak pemerintahan saat ini berkuasa. Para pengkritik Trump khawatir hal ini dapat menyebabkan masalah, termasuk memecah belah keluarga dan memberikan kekuasaan yang terlalu besar kepada penegak hukum.
Masih belum diketahui apa yang akan dilakukan oleh para pemilih yang belum membuat keputusan. “Banyak pemilih yang belum membuat keputusan tidak akan memberikan suara sama sekali atau golput,” kata Clay Ramsay, seorang peneliti di Center for International and Security Studies di Universitas Maryland, kepada Xinhua, seraya menambahkan bahwa orang-orang yang kemungkinan tidak akan memberikan suara, berdasarkan pemilihan sebelumnya, mencakup warga dewasa dengan persentase besar.