Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Didik J. Rachbini: Warisan Ekonomi Jokowi dan Tugas Berat Prabowo Subianto

Didik J. Rachbini: Warisan Ekonomi Jokowi dan Tugas Berat Prabowo Subianto



Berita Baru, Jakarta – Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Insan Cita, Didik J. Rachbini, Rektor Universitas Paramadina, mengungkapkan bahwa pemerintahan Prabowo Subianto menghadapi berbagai isu krusial yang merupakan warisan dari era Jokowi, khususnya di bidang ekonomi dan pangan.

“Isu krusial yang menjadi fokus adalah isu ekonomi, yang merupakan sebuah warisan Jokowi yang harus diselesaikan. Banyak masalah yang diwariskan yang harus diselesaikan oleh pemerintahan Prabowo,” tutur Didik saat menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.

Ia menekankan penurunan kelas menengah sebagai salah satu indikator penting yang menunjukkan lemahnya pertumbuhan ekonomi. Meski pertumbuhan diprediksi dapat mencapai 5%, hal ini sangat bergantung pada kekuatan konsumsi yang kini mulai melemah.

“Kunci untuk mencapai pertumbuhan 8% adalah dengan menerapkan strategi ekonomi yang bersaing di tingkat internasional,” tegasnya. Didik mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama satu dekade terakhir menunjukkan kurangnya dinamika, di mana peluang kerja semakin menipis.

Berdasarkan riset Continuum, indeks konsumen penduduk Indonesia menunjukkan bahwa kemampuan konsumen relatif lemah, yang diibaratkan seperti kendaraan yang tiba-tiba melambat.

“Lemah ini sama dengan mobil atau motor dengan kecepatan 80 tiba-tiba turun ke 20, itu memerlukan effort yang sangat keras,” tambahnya.

Prof. Didik juga menjelaskan bahwa meskipun Prabowo Subianto adalah sosok independen, ia perlu menurunkan ego dan tunduk untuk meraih harapan baru dalam kepemimpinannya. Dengan rendahnya rasio pajak dan kapasitas fiskal yang kecil, Prabowo dihadapkan pada tantangan berat untuk mengejar pertumbuhan yang substansial.

“Untuk tumbuh 8% akan sangat sulit, terlebih berdasarkan basis pertumbuhan yang diwariskan oleh presiden Jokowi,” jelasnya. Ia mencatat bahwa meskipun infrastruktur yang dibangun menjadi keuntungan, kurangnya strategi pertumbuhan yang terencana dapat menghambat laju ekonomi.

Prof. Didik menyoroti masalah pengangguran terselubung yang juga menjadi tantangan serius, di mana rata-rata jam kerja penduduk per hari sangat rendah. “Rata-rata penduduk yang bekerja hanya 20 jam per 5 hari, berarti per hari hanya bekerja 4 jam bahkan banyak yang kurang dari 4 jam dalam bekerja.”

Dalam perspektif pengentasan kemiskinan, ia mencatat bahwa SBY lebih berhasil dibandingkan Jokowi dalam hal ini. “Akar masalahnya adalah SDM dan teknologi, di Vietnam lebih unggul teknologinya dibandingkan Indonesia,” pungkasnya, menunjukkan pentingnya penguatan investasi di sektor teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.