Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Penguatan Ekosistem Halal Jadi Kunci Masa Depan Ekonomi Syariah Indonesia
Penguatan Ekosistem Halal Jadi Kunci Masa Depan Ekonomi Syariah Indonesia

Penguatan Ekosistem Halal Jadi Kunci Masa Depan Ekonomi Syariah Indonesia



Beritabaru.co – Dalam diskusi panel bertajuk “Penguatan Ekosistem Halal untuk Masa Depan Ekonomi dan Keuangan Syariah,” yang diselenggarakan oleh INDEF, Universitas Paramadina, dan UIN Syarif Hidayatullah, sejumlah pakar sepakat bahwa sinergi global dan fokus pada sektor industri halal adalah langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi ekonomi syariah Indonesia.

Acara yang diadakan pada Jumat (4/10) ini menghadirkan tiga narasumber utama, yakni Dr. A. Hakam Naja (Mantan DPR RI dan Associate INDEF), Dr. Handi Risza (Vice Head of Center Sharia Economic INDEF), dan Prof. Madya Dr. Mohammad Nabil Al Munawwar. Sementara itu, Prof. Dr. Nur Hidayah menjadi moderatornya.

Indonesia Perlu Sinergi Global dalam Ekosistem Halal

Dr. A. Hakam Naja menekankan bahwa penguatan ekosistem keuangan syariah harus dilakukan secara kolektif oleh minimal 57 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

“Ekosistem ekonomi keuangan syariah seharusnya dibangun secara kolektif, tidak bisa sendiri-sendiri. Kita harus membangun hubungan global karena dua miliar penduduk muslim dunia mengonsumsi sekitar 3 triliun USD, hampir tiga kali lipat PDB Indonesia,” ujarnya.

Hakam juga mengkritik kurangnya peran Indonesia dalam memanfaatkan peluang ini, terutama di sektor makanan dan minuman.

“Selama ini kita agak lalai untuk mengambil peran sinergi dengan negara-negara muslim, minimal Brunei dan Malaysia, padahal negara lain seperti Brazil, Australia, dan China telah menjadi produsen terbesar untuk pasar ini,” tambahnya.

Untuk menghindari middle income trap, Hakam mengutip rekomendasi Bank Dunia yang mencakup investasi, inklusi keuangan, teknologi, dan inovasi sebagai kunci keberhasilan.

Sektor keuangan syariah, makanan, minuman, pariwisata halal, dan fashion halal menjadi prioritas utama yang harus digarap oleh Indonesia.

Tantangan dan Peluang Pasar Halal Global

Sementara itu, Prof. Mohammad Nabil Al Munawwar dari Universiti Brunei Darussalam menyoroti besarnya potensi pasar halal global.

“Pasar halal food sangat besar, dimana sekitar 25% dari pasar global di tahun 2023 adalah umat muslim. Nilai pasarnya mencapai 7,2 triliun USD pada tahun 2020 dan terus bertambah setiap tahunnya,” paparnya.

Nabil juga menyoroti tantangan utama bagi negara-negara mayoritas muslim untuk mengambil alih pangsa pasar ini, yang selama ini dikuasai oleh produsen non-muslim.

“Pasar ini sebagian besar masih diambil oleh umat non-muslim. Tantangan terbesar kita adalah bagaimana memanfaatkan peluang ini untuk kemakmuran umat,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa supply chain atau rantai pasok halal harus dipastikan dari hulu hingga hilir agar produk halal dapat terjamin kualitasnya.

Solusi untuk Industri Halal Indonesia

Dr. Handi Risza, Vice Head of Center Sharia Economic INDEF, memaparkan pentingnya membangun ekosistem industri halal yang terintegrasi di Indonesia.

Menurutnya, meskipun Indonesia memiliki populasi muslim terbesar kedua di dunia, perkembangan industri halal masih berjalan sektoral.

“Industri halal kita masih tumbuh secara parsial, belum terintegrasi jadi satu kesatuan. Baik dari sisi commercial finance, industri keuangan non-bank, maupun industri halal lainnya seperti makanan, mode, pariwisata, dan kosmetik,” jelas Handi.

Handi juga menyebutkan pentingnya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan dan regulasi.

“Pemerintah perlu mendorong kebijakan industri halal, kebijakan pajak, serta investasi yang mendukung pertumbuhan sektor ini. Di Malaysia, misalnya, pemerintahnya memberikan dukungan total untuk pengembangan industri halal,” tambahnya.

Ia mengusulkan beberapa terobosan kebijakan, seperti pengesahan UU Ekonomi Syariah yang dapat menjadi payung hukum bagi industri halal di Indonesia.

Selain itu, penting untuk memasukkan industri halal dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024-2029, serta memperkuat posisi keuangan dan perbankan syariah.

Kesimpulan: Industri Halal, Solusi bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Diskusi ini menghasilkan beberapa rekomendasi strategis untuk mendorong pertumbuhan industri halal di Indonesia.

Penguatan ekosistem industri halal yang terintegrasi, dukungan regulasi pemerintah, serta sinergi dengan negara-negara OKI dianggap sebagai solusi utama untuk menghindari deindustrialisasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dengan potensi pasar halal global yang terus berkembang, Indonesia diharapkan dapat mengambil peran lebih besar dalam industri ini dan keluar dari jebakan middle income trap.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah stagnan di angka 5%. Dengan masuknya industri halal, kita sebenarnya bisa menstimulus pertumbuhan ekonomi kita,” pungkas Handi.