Greenpeace Ajak Masyarakat Redefinisi Kesejahteraan Dalam Pameran Instalasi Seni
Berita Baru, Jakarta – Melalui pameran instalasi seni, Greenpeace Indonesia mengajak masyarakat untuk memahami kesejahteraan dari sudut pandang yang lebih luas, tidak hanya bergantung pada angka pertumbuhan ekonomi. Dalam pameran bertajuk “We Are the Hidden Gem Generation, Hidden by GDP”, yang berkolaborasi dengan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Greenpeace menyoroti keterbatasan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai indikator tunggal kesejahteraan nasional.
Selama ini, pemerintah terus menggembar-gemborkan pertumbuhan ekonomi di angka 5%. Namun, angka tersebut dinilai tidak cukup mencerminkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Menurut Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia, indikator PDB gagal memperhitungkan berbagai faktor penting seperti distribusi pendapatan, kualitas hidup, serta kebahagiaan sosial.
“Sudah saatnya PDB tidak lagi menjadi indikator utama kesejahteraan, tetapi pendekatan pembangunan yang lebih holistik, inklusif, adil, dan berkelanjutan yang perlu menjadi panduan ke depan,” ujar Leonard seperti dikutip dari rilis resmi Greenpeace pada Senin (23/9/2024).
Mitos Kesejahteraan Ekonomi Berbasis PDB
Greenpeace mengkritik ketergantungan pada PDB yang dianggap tidak mampu menyelesaikan persoalan sosial dan lingkungan. Berdasarkan data Bank Dunia, 10% orang terkaya di Indonesia menguasai 77% kekayaan nasional, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak terdistribusi secara merata.
Melalui instalasi seni ini, Greenpeace bersama seniman muda dari IKJ menampilkan delapan karya yang merepresentasikan indikator kesejahteraan non-material yang selama ini terabaikan. Aspek seperti kesehatan mental, hubungan sosial, dan kelestarian lingkungan menjadi sorotan utama, sebagai wujud kritik terhadap fokus pembangunan yang hanya mengejar angka-angka ekonomi.
Sekretaris Program Studi Seni Murni IKJ, Walid Syarthowi Basmalah, menekankan pentingnya menggabungkan seni dan aktivisme dalam menyampaikan pesan pembangunan berkelanjutan. “Karya seni ini tidak hanya menampilkan visual semata, tetapi juga menjadi medium representasi isu sosial. Pameran ini adalah bentuk nyata dari mata kuliah Aktivisme Seni yang kami terapkan,” ungkap Walid.
Instalasi Seni dan Komitmen Keberlanjutan
Sebagai bagian dari agenda Climate Week dan UN Summit of the Future, pameran ini menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan sebagai komitmen Greenpeace terhadap keberlanjutan. Melalui metafora “permata tersembunyi”, instalasi tersebut mengajak publik untuk lebih sadar terhadap potensi manusia yang tidak diakui dalam pengukuran konvensional berbasis PDB.
“Kami berharap karya-karya ini mampu menginspirasi perubahan nyata dalam cara kita memandang pembangunan,” ujar Leonard. Greenpeace berharap masyarakat dan pemerintah dapat berani keluar dari ketergantungan pada indikator ekonomi semata dan mengutamakan kesejahteraan manusia serta kelestarian lingkungan sebagai fokus utama pembangunan.
Pameran ini mengingatkan bahwa pembangunan sejati harus mencakup pendekatan yang lebih manusiawi dan inklusif, yang dapat membawa kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat serta menjaga keberlanjutan lingkungan.