BRIN Ungkap Dampak Perubahan Iklim pada Sumber Daya Air
Berita Baru, Jakarta – Perubahan iklim memiliki dampak signifikan terhadap ekosistem, kehidupan, dan kesejahteraan masyarakat, terutama terkait ketersediaan sumber daya air. Untuk meningkatkan kesadaran akan dampak perubahan iklim ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan menggelar webinar Professor Talk pada Selasa (23/7/2024), yang menghadirkan berbagai pakar di bidangnya.
Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian, mengungkapkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan krisis air bersih di perkotaan, kerawanan pangan, peningkatan frekuensi penyakit, perubahan pola curah hujan, dan kerawanan bencana.
“Dalam periode 2010-2017, terjadi peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi, termasuk banjir, longsor, kekeringan, angin puting beliung, kebakaran hutan, gelombang pasang, dan abrasi,” ujarnya.
Profesor Riset Bidang Meteorologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, menjelaskan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Pada tahun 2010, permukaan air laut meningkat sebanyak 0,4 meter, mengakibatkan hilangnya daratan seluas 7.408 km². Diperkirakan pada tahun 2050, permukaan air laut akan naik sebanyak 0,56 meter, menyebabkan hilangnya daratan Indonesia seluas sekitar 30.120 km².
“Dampak perubahan iklim tidak terbatas pada keberlangsungan sumber daya air semata, melainkan juga pada penentuan kalender tanam, hilangnya pulau-pulau kecil, banjir, dan lain sebagainya,” jelas Eddy.
Eddy menambahkan bahwa pada tahun 2100, Indonesia diperkirakan akan kehilangan 115 pulau berukuran sedang dari Sumatera Utara hingga Papua Barat.
Peneliti Ahli Utama Pengelolaan DAS di Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Irfan Budi Pramono, menyatakan bahwa Solusi Berbasis Alam (Nature Based Solutions, NBS) memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah sumber daya air akibat perubahan iklim.
“Paradigma pengaturan air yang semula dari ‘mengalirkan’ menjadi ‘meresapkan’ adalah bagian dari NBS. Meskipun NBS bukan satu-satunya solusi, ia melengkapi dan mengoptimalkan fungsi infrastruktur abu-abu (grey infrastructure),” ungkap Irfan. Ia menekankan pentingnya keterlibatan berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, dalam penerapan NBS.
Secara umum, perubahan iklim mempengaruhi sumber daya air baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk meningkatnya intensitas curah hujan pada musim basah, frekuensi dan intensitas banjir, berkurangnya curah hujan dan debit sungai pada musim kemarau, panjangnya periode musim kering, meningkatnya temperatur dan gelombang panas, perubahan ekosistem dan layanan ekosistem, serta meningkatnya tinggi gelombang, abrasi pantai, dan intrusi air laut.