Djoko Pekik: Mengukir Sejarah Seni Lukis Indonesia
Berita Baru, Jakarta – Pelukis Djoko Pekik dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (12/8). Maestro seni lukis kebanggan Indonesia ini meninggal dalam usia 86 tahun.
Putra keempat Djoko Pekik, Nihil Pakuril, menyebut ayahnya ini menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Menurut Nihil, sang ayah selama 10 tahun terakhir menderita penyakit gula seiring usianya yang telah lanjut. Namun demikian tetap bersemangat menjalani aktivitas melukis juga pameran.
“Pada Maret 2023 masih pameran di Banyuwangi, dan Agustus ini masih sempat juga melukis,” sebutnya.
Profil Singkat Djoko Pekik
Seniman Djoko Pekik adalah salah satu tokoh sentral dalam dunia seni lukis Indonesia. Ia lahir pada tanggal 2 Januari 1937 di Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah.
Dengan karya-karyanya yang sarat makna dan ciri khasnya yang realis-ekspresif, Djoko Pekik telah mengukir namanya dalam sejarah seni rupa Indonesia.
Djoko Pekik telah meninggalkan warisan seni yang menginspirasi dan memberikan pandangan mendalam terhadap keadaan sosial-politik serta kehidupan masyarakat Indonesia.
Djoko Pekik memulai perjalanannya dalam dunia seni lukis dengan memiliki minat dan bakat yang kuat sejak usia muda.
Gaya lukisannya yang realis-ekspresif dengan sentuhan ekspresionis mampu menggambarkan emosi dan nuansa kehidupan dengan sangat mendalam.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah “Berburu Celeng”, yang menjadi cerminan dari pandangan kritisnya terhadap pemimpin Indonesia pada masa Orde Baru.
Lukisan ini bukan hanya sekedar komposisi visual, tetapi juga merupakan suara dari kegelisahan sosialnya.
Peran Djoko Pekik dalam Dunia Seni Rupa Indonesia
Selama perjalanan kariernya, Djoko Pekik aktif dalam menggelar pameran-pameran seni. Karyanya memiliki ciri khas yang kuat, menggambarkan kehidupan masyarakat dengan nilai-nilai kerakyatan yang kental.
Gaya pelukisannya terinspirasi dari pengalamannya turun ke kawasan-kawasan miskin dan terhisap, yang menghasilkan karya-karya yang autentik dan menggugah.
Keberanian dan dedikasinya terlihat dari karya pameran anehnya di Bentara Budaya Yogyakarta pada tahun 1998, di mana ia hanya menampilkan satu lukisan selama sehari semalam.
Perjalanan Pribadi dan Pengaruh Sosial
Selain sebagai seniman, Djoko Pekik juga memiliki perjalanan hidup yang menarik. Ia pernah ditangkap oleh polisi pada tahun 1965 karena dianggap memiliki keterkaitan dengan LEKRA.
Meskipun menghadapi kendala tersebut, ia tetap mengambil peran dalam memajukan dunia seni rupa Indonesia.
Pengaruh dan jasa-jasanya dalam ikut membentuk narasi seni nasional diakui dengan pembuatan sebuah patung “Berburu Celeng” yang diresmikan pada 2023 oleh sastrawan Sindhunata.
Warisan dan Penghargaan
Karya-karya Djoko Pekik memiliki nilai yang fantastis, mencapai miliaran rupiah, dan terus diperhitungkan di pasar seni. Ia memberikan sumbangan besar dalam membentuk narasi seni rupa Indonesia, dengan keberaniannya menghadirkan pandangan kritis terhadap kehidupan sosial-politik melalui lukisannya.
Warisan Djoko Pekik tetap hidup dalam karya-karya seni dan inspirasi yang ia tinggalkan bagi generasi seniman masa depan.
Dari gaya realis-ekspresif hingga nilai-nilai kerakyatan yang diusung dalam setiap lukisannya, ia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah seni lukis Indonesia.
Melalui karya-karyanya yang mendalam, Djoko Pekik akan terus dikenang sebagai maestro seni lukis Indonesia yang telah berkontribusi besar dalam pengembangan dan pengenalan seni rupa Indonesia di dunia.