AS dan Malaysia Harus Belajar Kendalikan Inflasi dari Indonesia
Berita Baru, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa laju inflasi di Indonesia berhasil turun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, menjadi pembelajaran bagi Amerika Serikat (AS) dan Malaysia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Doni P. Joewono, menyampaikan bahwa perkiraan BI sebelumnya menunjukkan inflasi baru akan turun ke level 4 persen pada bulan September 2023.
Namun, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat inflasi telah mencapai 4 persen pada bulan Mei 2023, dan turun lebih lanjut menjadi 3,52 persen pada bulan Juni 2023.
Doni menjelaskan bahwa keberhasilan dalam menurunkan inflasi ini tidak hanya karena kebijakan suku bunga acuan yang diterapkan, melainkan karena Indonesia menggunakan pendekatan yang berbeda dengan banyak negara lain.
Ia memberikan contoh inflasi di Hungaria yang saat ini masih mencapai 25 persen dan sulit untuk ditangani. Begitu pula di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, inflasi cenderung masih tinggi.
“Orang Amerika harus belajar dari Indonesia sekarang, begitu juga Malaysia harus belajar dari Indonesia. Di AS, inflasi hanya dapat ditangani dengan menaikkan suku bunga seperti yang dilakukan bank sentral negara lain, namun di Indonesia tidak hanya mengandalkan kebijakan suku bunga,” ujar Doni dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Kalimantan pada Senin (10/7/2023) dikutip dari Bisnis.com.
Menurut Doni, keberhasilan penanganan inflasi di Indonesia juga didukung oleh sinergi yang kuat antara BI dan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, termasuk melalui implementasi Program GNPIP. BI pun menargetkan tingkat inflasi di dalam negeri turun ke kisaran 3,2 hingga 3,3 persen pada akhir tahun 2023.
“Target inflasi kita adalah 3,2-3,3 persen, dan itulah yang akan kita capai hingga akhir tahun. Kita bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk mencapai target ini, semoga upaya dan sinergi kita dapat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat,” tambah Doni.