Wow! Dosen Unair Temukan Formula Baru untuk Pembuatan Kornea Mata Artifisial
Berita Baru, Surabaya – Prihartini Widiyanti, seorang dosen dan peneliti dari Universitas Airlangga (Unair), telah menciptakan terobosan dalam bidang medis. Beliau berhasil menemukan formula dalam pembuatan kornea mata artifisial.
Dalam penemuan ini, yang termasuk dalam hak paten Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sejak Oktober 2022, Yanti menggunakan komposit kolagen, kitosan, dan natrium hialuronat sebagai bahan dasar pembuatan kornea mata artifisial.
Motivasi beliau untuk mengembangkan kornea mata artifisial berasal dari kasus kebutaan yang masih tinggi di Indonesia.
Permasalahan utama yang ingin diatasi adalah angka prevalensi kebutaan akibat cedera pada kornea yang masih tinggi di Indonesia. Untuk itu, Yanti melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembuatan kornea artifisial.
“Tujuan saya adalah untuk memperbaiki dan mengatasi ulkus (luka) pada kornea yang menjadi penyebab hilangnya penglihatan,” jelasnya seperti yang dikutip dari situs Unair pada Selasa (4/7/2023).
Penelitian ini telah dilakukan sejak tahun 2015. Melalui berbagai tahapan penelitian, termasuk uji coba in vivo dan implantasi pada hewan percobaan, Yanti berhasil mengembangkan kornea mata artifisial yang menjanjikan.
“Alhamdulillah, kami sudah mencapai tahap in vivo, artinya kami telah mengimplantasikannya pada hewan percobaan,” tambahnya.
Dalam penelitiannya, Dr. Yanti tidak bekerja sendirian. Beliau telah berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai jenjang, dokter program pendidikan dokter spesialis (PPDS), serta dokter spesialis mata.
“Pengembangan kornea buatan ini melibatkan tidak hanya mahasiswa program sarjana (S1), tetapi juga mahasiswa program magister (S2) dan doktoral (S3) dari bidang teknik biomedik dan MIPA FST Unair. Kami juga bekerja sama dengan tim di RSUA Divisi Mata,” ungkapnya.
Baginya, kolaborasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan penemuan ini. Kolaborasi lintas disiplin ilmu diperlukan untuk menjalankan seluruh tahapan pengembangan dengan baik.
“Tentu saja, kerja sama sangat penting. Mahasiswa dari FST yang membuat dan mengembangkan, bekerja sama dengan teman-teman dari ITD. Nantinya, dokter PPDS dan dokter mata yang akan melakukan implantasi,” paparnya.
Sebagai seorang peneliti, Dr. Yanti berharap bahwa penemuan ini dapat segera diaplikasikan dan dihilirisasi agar dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Dukungan dari pemerintah, universitas, dan rekan sejawat sangat diharapkan dalam meningkatkan semangat peneliti untuk terus berkontribusi dan mengangkat karya anak bangsa ke tingkat internasional.
“Ini adalah perjuangan tersendiri. Perjuangan untuk meyakinkan rekan-rekan medis untuk mendukung karya anak bangsa, sehingga kita dapat meningkatkan daya saing di dunia,” tutupnya dengan harapan yang tinggi.