Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store
Ilustrasi sampah plastik di sungai di Indonesia (foto: istimewa)

35 Sungai di Indonesia Terkontaminasi Mikroplastik



Berita Baru, Jakarta – Ecoton Foundation melansir data yang mengkhawatirkan terkait kondisi sungai di Indonesia. Sebanyak 35 sungai di Tanah Air diketahui mengalami kondisi yang tidak sehat akibat tercemarnya mikroplastik dalam jumlah yang cukup tinggi. Untuk menjaga kelestarian sungai, upaya pengelolaan sampah yang tepat terus digencarkan.

Menurut Tim Divisi Edukasi Ecoton Foundation, Alaika, kondisi 35 sungai di Indonesia saat ini tidak baik-baik saja. “Sungai-sungai tersebut positif terkontaminasi mikroplastik akibat banyaknya sampah plastik,” ujar Alaika dalam keterangannya pada Kamis (11/5/2023).

Alaika menjelaskan bahwa temuan ini didapatkan setelah melakukan penelitian audit sampah di beberapa sungai di Indonesia. Dalam riset tersebut, mereka mengukur tingkat kontaminasi mikroplastik serta pengaruh dan potensi dampaknya terhadap organisme hidup, termasuk manusia.

Program Ekspedisi Sungai Nusantara Ecoton sukses mengidentifikasi merek dan perusahaan yang berkontribusi terhadap sampah plastik di lingkungan. Terdapat perbedaan merek yang mendominasi di masing-masing sungai.

“Kedepannya, kami berharap produsen bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan,” tambah Alaika.

Persoalan sampah plastik juga menjadi sorotan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Abdul Ghofar, Juru Kampanye Perkotaan WALHI, mengatakan bahwa mereka terus melakukan kampanye dan edukasi untuk mengurangi sampah plastik, termasuk dalam hal penggunaan plastik kemasan air minum, baik itu gelas, botol, maupun galon.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa produksi sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta ton pada tahun 2021. Dari jumlah tersebut, sekitar 11,6 juta ton atau sekitar 17 persen merupakan sampah plastik. Laporan data produksi sampah plastik nasional tahun 2021 juga menyebutkan bahwa jenis bahan plastik yang sering ditemukan adalah Polyethylene Terephthalate (PET), yang merupakan kemasan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sekali pakai.

Oleh karena itu, permasalahan sampah plastik yang disebabkan oleh penggunaan galon sekali pakai perlu mendapatkan perhatian bersama, karena hal ini bertentangan dengan rencana pemerintah untuk mengurangi 70 persen sampah plastik pada tahun 2025.

“Galon sekali pakai ini kontradiktif dengan semangat pengurangan sampah plastik,” ungkap Ghofar.

Walhi juga mengungkapkan bahwa dalam satu hingga dua tahun terakhir, terdapat satu produk tertentu yang melakukan kampanye penggunaan galon sekali pakai secara intensif. Menurut Ghofar, penggunaan galon sekali pakai tersebut tidak dipromosikan secara besar-besaran.

Data dari Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas) menunjukkan peningkatan penjualan galon sekali pakai sebesar delapan persen pada awal tahun 2023. Jika produsen memproduksi 100 juta galon per hari, maka peningkatan konsumsi ini berarti terdapat 8 juta sampah galon sekali pakai setiap harinya.

Kondisi ini memperkuat urgensi untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Pemerintah telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi 70 persen sampah plastik pada tahun 2025. Oleh karena itu, upaya pengurangan penggunaan galon sekali pakai dan peningkatan pengelolaan sampah menjadi sangat penting.

Pemerintah, lembaga lingkungan hidup, organisasi masyarakat, dan produsen perlu bekerja sama dalam menyusun kebijakan yang berkelanjutan, memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengurangan sampah plastik, dan mendorong produsen untuk bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan dari produk mereka.