UNICEF: 9 dari 10 Remaja Perempuan di Negara Miskin Tidak Memiliki Akses Internet
Berita Baru, New York – Dalam laporan terbaru yang diterbitkan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), disebutkan bahwa 9 dari 10 remaja perempuan di negara miskin tidak memiliki akses internet.
Laporan yang diterbitkan pada Rabu (26/4) itu juga mengatakan bahwa Disparitas yang lebar dalam akses internet menimbulkan risiko serius bahwa perempuan akan tertinggal secara ekonomi di dunia yang semakin terhubung secara digital.
Sekitar 78 persen pria muda dan remaja pria di negara-negara termiskin sedang offline, menurut UNICEF, yang dalam laporannya, memeriksa penggunaan data di 54 negara yang sebagian besar berpenghasilan rendah.
Ini berarti sekitar 65 juta remaja putri dan wanita muda berusia 15-24 tahun yang tidak memiliki akses ke internet dibandingkan sekitar 57 juta rekan pria mereka.
Gadis remaja dan wanita muda “tertutup dalam hal keterampilan digital”, kata laporan itu.
Di antara 54 negara dan wilayah yang dianalisis dalam laporan tersebut, hanya delapan yang mencapai kesetaraan gender dalam penggunaan internet di kalangan remaja.
Di antara kawasan, kesenjangan terbesar terlihat di Asia Selatan, dengan persentase sebesar 27 poin persentase untuk remaja laki-laki dan laki-laki muda.
“Menutup kesenjangan digital antara anak perempuan dan laki-laki lebih dari sekadar memiliki akses ke internet dan teknologi. Ini tentang memberdayakan anak perempuan untuk menjadi inovator, pencipta, dan pemimpin,” kata Robert Jenkins, direktur pendidikan UNICEF, dalam sebuah pernyataan.
“Jika kita ingin mengatasi kesenjangan gender di pasar tenaga kerja, terutama di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika, kita harus mulai sekarang dengan membantu kaum muda, terutama perempuan, memperoleh keterampilan digital.”
Laporan tersebut menjelaskan bahwa kaum muda juga membutuhkan “pengetahuan teknis untuk menavigasi internet, mensintesis dan mengadaptasi informasi, serta menciptakan dunia yang ingin mereka lihat secara online”.
Tanpa keterampilan digital ini, katanya, “kaum muda berisiko dikucilkan dari manfaat sosio-ekonomi dari keterlibatan online”.
Bahkan dalam kasus ketika anak perempuan memiliki akses yang setara ke kesempatan pendidikan tradisional, seperti matematika dan membaca, laporan tersebut memperingatkan, “itu tidak selalu berarti keterampilan digital”.
Kesenjangan dalam akses ke teknologi tetap ada bahkan di dalam rumah tangga yang sama. Dalam sebuah penelitian di 41 negara, UNICEF menemukan “rumah tangga lebih cenderung menyediakan ponsel untuk anak laki-laki daripada anak perempuan”.
Remaja perempuan 13 persen lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki ponsel, kata UNICEF, “membatasi kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam dunia digital”.