Evello: Penganiayaan David oleh Anak Pejabat Pajak Bikin Publik Marah
Berita Baru, Jakarta – Aksi pengeroyokan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo (MDS), anak pejabat eselon II di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI, terhadap David yang merupakan anak pengurus Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jonathan Latumahina viral di Media Sosial.
Evello sebagai platform media monitoring dan analisis mendeteksi aksi tersebut menuai sentimen negatif dengan skor telak mencapai 85 persen. “Tingginya skor ternyata tidak semata dipicu oleh kasus penganiayaan, melainkan karena gaya hidup mewah pelaku sebagai anak pejabat Kemenkeu RI,” kata Founder Evello, Dudy Rudianto kepada Beritabaru.co, Rabu (22/2).
Menurut Dudy, selain tingginya sentimen negatif, peristiwa pengeroyokan yang terjadi pada Senin (20/2) pukul 21.00 WIB itu juga medapat tanggapan dari warganet. “Didominasi emosi marah dengan skor 61 persen, emosi takut 12 persen dan sedih 11 persen,” sambungnya.
Dijelaskan Dudy, tingginya skor kemarahan bukan saja dipicu oleh kasus penganiayaan, melainkan gaya hidup dan status sang ayah sebagai pejabat eselon di lingkungan Ditjen Pajak.
“Tone Frustrated 67 persen menunjukkan adanya kekesalan yang mendalam pada kasus ini, terutama dari gaya hidup mewah pelaku dan pertanyaan warganet seputar reformasi di lingkungan Kemenkeu RI. Dampak dari tingginya skor Frustrated menyebabkan brand image Ditjen Pajak RI terbaca Indifferent,” tuturnya.
Sementara itu Dudy juga menyebut, Brand Image Indiferen menunjukkan hilangnya simpati, respek dan ketertarikan publik pada citra yang berhubungan dengan pelaku atau lingkungan asal pelaku. “Dalam hal ini adalah Kemenkeu RI dan Ditjen Pajak RI,” ungkapnya.
Adapun dari analisa taksonomi, Dudy juga menjelaskan bahwa terlihat arah percakapan mengarah kepada Kriminalitas dan Hukum. Apa yang disampaikan oleh Stafsus Kemenkeu, Yustinus Prastowo yaitu menyerahkan kasus ini kepada aparat penegak hukum sudah tepat.
“Hanya saja, berdasarkan tingginya skor Frustrated dan brand image terbaca sebagai indiferen menunjukkan jika publik menginginkan janji lebih Kemenkeu RI lebih dari sekedar penegakan hukum dalam kasus penganiayaan,” pungkasnya.