Terbesar! Korea Utara Pamerkan Rudal Nuklir ICBM, Termasuk Model Baru Berbahan Padat
Berita Baru, Pyongyang – Korea Utara pamerkan rudal nuklir saat parade malam hari, dengan menampilkan banyak sekali rudal balistik antarbenua (ICBM), terbesar yang pernah ada, termasuk model baru senjata berbahan bakat padat baru.
Media resmi Korea Utara, KCNA, melaporkan hal tersebut pada Kamis (9/2), dimana parade dilakukan pada Rabu (8/2) malam.
KCNA mengatakan dalam parade itu memamerkan sebanyak 11 Hwasong-17, ICBM terbesar Korea Utara, yang diduga dapat menyerang hampir di mana saja di dunia dengan hulu ledak nuklir.
Pawai itu dilakukan dalam rangka memperingati hari lahir Angkatan Bersenjata Republik Korea Utara yang ke-75.
Pemimpin tertinggi Kim Jong Un hadir bersama putrinya, sosok yang digadang-gadang akan menggantikan Kim Jong Un kelak.
Tahun lalu, Korea Utara terus maju dengan program rudal balistiknya. Korea Utara juga meluncurkan puluhan rudal canggih tahun lalu meskipun ada resolusi dan sanksi Dewan Keamanan PBB.
“Kali ini, Kim Jong Un membiarkan kekuatan rudal taktis dan jarak jauh Korea Utara berbicara sendiri,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, dikutip dari Reuters.
“Pesan yang ingin dikirim Pyongyang secara internasional, menunjukkan kemampuannya untuk mencegah dan memaksa, kemungkinan akan datang dalam bentuk uji coba rudal berbahan bakar padat dan peledakan perangkat nuklir mini,” imbuhnya.
Sementara itu, Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di Amerika Serikat di Twitter mengatakan sebelas rudal Hwasong-17 bisa cukup untuk membanjiri pertahanan rudal AS saat ini.
“Ini secara kumulatif lebih banyak peluncur ICBM daripada yang pernah kami lihat sebelumnya di parade Korea Utara,” katanya dalam sebuah tweet.
Hwasong-17 pertama kali diuji tahun lalu. Di samping mereka di parade adalah apa yang dikatakan beberapa analis bisa menjadi prototipe atau maket ICBM berbahan bakar padat baru di peluncur tabung.
Mengembangkan ICBM berbahan bakar padat telah lama dipandang sebagai tujuan utama negara tersebut, karena dapat membuat rudal nuklirnya lebih sulit untuk dikenali dan dihancurkan selama konflik.