Mulai Panas, Korea Selatan dan Iran Saling Panggil Utusan
Berita Baru, Seoul – Hubungan antara Korea Selatan dan Iran mulai panas, dengan kedua negara saling panggil utusan sama lain dalam percekcokan yang mendalam atas komentar Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol yang menggambarkan Iran sebagai musuh Uni Emirat Arab (UEA).
Berbicara kepada pasukan Korea Selatan yang ditempatkan di Abu Dhabi awal pekan ini, Yoon mengatakan Korea Selatan dan UEA berada dalam keadaan yang “sangat mirip”.
Korea Selatan menghadapi Korea Utara, sementara UEA menghadapi Iran sebagai “musuh, ancaman terbesar.”
Hubungan antara Korea Selatan dan Iran meregang sejak dana Iran yang dibekukan di Korea Selatan dan dugaan transaksi senjata antara Iran dan Korea Utara.
Kantor Yoon mengatakan komentarnya dimaksudkan sebagai kata-kata penyemangat bagi tentara Korea Selatan dan Kementerian Luar Negeri mengatakan pada hari Kamis (19/1) bahwa pihaknya telah berulang kali memberikan penjelasan kepada Iran.
Namu, Iran tidak puas hanya penjelasan. Kantor berita resmi Iran, IRNA, mengatakan Iran langsung memanggil duta besar Korea Selatan Yun Kang-hyeon pada hari Rabu (18/1).
Iran memperingatkan bahwa hubungan bilateral dapat ditinjau kembali jika masalah tersebut tidak diselesaikan.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk urusan hukum, Reza Najafi, mengatakan kepada Yun bahwa Iran memiliki “hubungan yang mengakar dan bersahabat” dengan sebagian besar negara tetangga.
Dia menggambarkan komentar Yoon sebagai “mengganggu”, menambahkan bahwa Yoon “merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan itu”.
Ia menambahkan bahwa Najafi juga menuduh Korea Selatan melakukan “pendekatan tidak bersahabat” terhadap Iran sambil menyindir masalah dana yang dibekukan.
Iran telah berulang kali menuntut pencairan sekitar $7 miliar dananya yang dibekukan di bank-bank Korea Selatan di bawah sanksi AS.
Beberapa jam kemudian pada hari Kamis (19/1), Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan wakil menterinya Cho Hyun-dong telah memanggil duta besar Iran di Seoul, Saeed Badamchi Shabestari, untuk mengeluhkan pernyataan Najafi.
Kementerian tersebut mengatakan Najafi telah membuat klaim yang “sama sekali tidak berdasar” bahwa Yoon mengisyaratkan akan mengembangkan senjata nuklir.
Yoon mengatakan pekan lalu bahwa Korea Selatan mungkin harus mendorong pengerahan kembali senjata nuklir taktis AS atau membangun bomnya sendiri untuk mencegah Korea Utara.
“Pernyataan presiden kami dimaksudkan untuk memperkuat efektivitas pencegahan yang diperluas untuk melawan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang meningkat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Lim Soo-suk dalam sebuah pengarahan.
Ucapan Yoon juga bisa membuatnya sakit kepala di dalam negeri. Anggota parlemen oposisi menuduhnya menyebabkan “bencana diplomatik”, sementara beberapa anggota partai Yoon sendiri juga mengatakan dia seharusnya lebih berhati-hati.
Seoul dan Teheran telah melakukan pembicaraan tentang cara mencairkan dana dan tentang dimulainya kembali impor minyak Iran. Korea Selatan pernah menjadi salah satu pembeli minyak mentah terbesar Iran di Asia, tetapi menghentikan impor setelah Washington memberlakukan sanksi terhadap Teheran pada 2018.