Mencari Diri | Puisi: Hannah Nabilatul Wafiyah
DIRI
Kadang, hidup butuh pilihan
Entah pilihan itu akan membawa kita
Pada kepuasan atau kekurangan
Hanya angin yang faham
Betapa susahnya aku mengenal
Setiap hembusan nafas yang keluar
Belum membuahkan hasil
Setiap kupandangi diri
Banyak pertanyaan yang ingin kuungkapkan
Beruntung atau celaka?
Hanya teduhnya awan yang faham
Berapa kali ku merutuki
Berapa kali ku mencaci, dan
Berapa sering ku menangis
VALIDASI
Lolongan, jeritan berkoar mencari validasi
Urat-urat leher mengeras mengurai tanya
Kapan kami dihargai?
Kami hanyalah hamba yang menuntut keadilan
Meski masih kalah oleh segenggam kertas
Harga diri kami ingin kau bawa kemana?
Lemah, itu yang kau faham
Diam, itu yang membuatmu tergerak
Kami dilukai, meski sesama hambanya
Seharusnya taka da perbedaan
Lihatlah kami yang kau lukai
Pernahkah kami membalas?
Perilaku keji itu teruslah kau lakukan
Nyatanya, kami lah yang dimuliakan oleh Sang Kuasa
TERTUTUP
Mungkin esok aku bisa menemukan
Akar dari pohon itu
Yang katanya terlalu rapuh untuk menunjukkan diri
Buktinya, dia selalu hadir
Tapi terlalu banyak penjaga di sekitar
Sampai titik terendah itu datang
Menyapanya dalam sunyinya alam
Tak seorang pun tahu
Pohon itu bisa runtuh saat akarnya lelah
Sampai kapan engkau menutupi?
Banyak orang menanti
HADIR
Dalam sunyinya hari
Hanya langit yang Nampak
Angin menyapa dalam diam
Tanda tak ingin mengusik
Apa yang kau rasakan?
Ketiadaan? Atau kau yang menolak?
Melangkah mundur tanpa arah
Tangan ini hadir mengulur
Ingin merasakan hangatnya sentuhan
Yang tak pernah terwujud
Kehangatan yang selalu didamba
Mungkin tak akan kau rasakan
Tangan yang mengulur
Kini perlahan menjauh
Hannah Nabilatul Wafiyah. Penulis kelahiran Tuban ini merupakan pelajar kelas X-IPS Madrasah Aliyah Al-Tsaqofah.