Donald Trump dan Greta Thunberg akan Bertemu di Forum Ekonomi Dunia
Berita Baru, Internasional – Presiden Donald Trump dan aktivis iklim Greta Thunberg tengah bersiap menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang akan dilaksanakan minggu depan di Davos.
Sebagaimana dilansir dari CNBC, Kamis (16/1), pertemuan itu merupakan edisi ke-50 yang diadakan setiap tahun pada bulan Januari. Akan dihadiri oleh para pembuat kebijakan serta pimpinan bisnis di seluruh dunia.
Namun kali ini pertemuan itu dijadwalkan untuk fokus membahas pada krisis iklim yang semakin intensif.
Sejak memerintah pada 2016, Trump telah menarik keluar AS dari Perjanjian Paris tentang pertanggungjawaban negara-negara dalam menjaga lingkungan.
Pertemuan Trump dan Thunberg di Davos cukup dinanti-nantikan oleh khalayak setelah sebelumnya mereka berdua bertemu dalam satu forum di KTT perubahan iklim PBB di New York tahun lalu.
Aktivis berusia 17 tahun yang kontroversial karena melakukan aksi protes iklim di luar parlemen Swedia pada tahun 2018 itu telah dinobatkan sebagai Person of the Year oleh Time Magazine tahun 2019.
Penghargaan tersebut diperoleh karena reaksinya yang memicu gelombang pemogokan sekolah skala internasional.
Aksi itu dikenal dengan ’Jumat untuk Masa Depan’ yang berisi jutaan anak-anak dan pelajar di seluruh dunia yang mengambil bagian dalam aksi protes sikap politik atas perubahan iklim.
“Sangat konyol. Greta harus mengatasi masalah Anger Management-nya, lalu pergi ke film kuno yang bagus bersama seorang teman! Chill Greta, Chill! ” bunyi cuitan Trump pada 12 Desember 2019.
Ketika di wawancarai dalam program Today radio BBC akhir bulan lalu, Thunberg mengatakan serangan dari presiden AS dan yang lainnya harus dilihat sebagai “bukti bahwa kita benar-benar telah melakukan sesuatu dan bahwa mereka melihat kita sebagai semacam ancaman.”
Ketika ditanya tentang apa yang akan dikatakannya kepada presiden AS di KTT perubahan iklim PBB, Thunberg mengkritik Trump.
“Jujur, saya tidak berpikir saya akan mengatakan apa-apa. Karena jelas dia tidak mendengarkan para ilmuwan dan pakar, jadi apakah dia akan mendengarkan saya?,” katanya.
Mengusung tema “Pemangku Kepentingan untuk Dunia yang Kohesif dan Berkelanjutan,” pertemuan WEF kali ini dilatarbelakangi oleh masalah lingkungan yang cukup krodit dengan kondisi lautan dunia mencapai suhu terpanas dari rata-rata suhu global, disusul dengan kebakaran hutan dari AS, Amazon dan Australia.
Acara yang kerap kali dikritik karena dianggap tidak berhubungan dengan dunia nyata itu telah menunjukkan tujuannya membantu pemerintah dan lembaga internasional dalam mengembalikan komitmen menuju Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB.
“Saya pikir kita benar-benar perlu melakukan berbagai hal secara berbeda. Kami tidak akan pergi ke mana pun dengan hanya melakukan apa yang dulu kami lakukan,” tandas Emily Farnworth, kepala inisiatif iklim di WEF kepada CNBC, Rabu (15/1).
“Saya pikir tekanan dari para aktivis muda ini untuk benar-benar menyoroti beberapa masalah yang sangat penting dan membuat perusahaan mendorong untuk mendemonstrasikan bagaimana mereka dapat melakukan berbagai hal secara berbeda hanya membantu memindahkan berbagai hal ke arah yang benar,” tutupnya.