Gelar Pembekalan Wisuda, Universitas Paramadina Bicarakan Kesempatan Kerja dan Turbulensi Ekonomi
Berita Baru, Jakarta – Universitas Paramadina, Jakarta akan menyelenggarakan wisuda yang ke-37. Oleh sebab itu pihak rektorat memberikan pembekalan kepada wisudawan. Acara tersebut digelar dengan konsep diskusi bertajuk ‘Tantangan Dunia di Tahun Turbulensi 2022’ pada Kamis (27/10).
Wijayanto Samirin, salah satu pemateri dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa turbulensi ekonomi memiliki dampak terhadap dunia kerja. Namun ia menekankan bagaimana melihat situasi krisis ini sebagai peluang yang mampu disikapi dengan bijak.
“Kalau kita takut krisis, maka krisis itu akan semakin sering terjadi,” ungkap Dosen Universitas Paramadina tersebut.
Ia menyampaikan, tiga krisis besar dunia terjadi dalam 25 tahun terakhir, tetapi 3 krisis besar sebelumnya terjadi dalam 225 tahun. Jadi, lanjutnya, dulu 225 tahun ada 3 krisis besar sedangkan sekarang dalam 25 tahun ada 3 krisis besar.
“Kalau kita melihat krisis sekarang, kita harus melihat bahwa krisis bukanlah sesuatu yang harus kita takutkan tetapi sesuatu yang harus kita hadapi,” kata Wijayanto Samirin.
“Dunia sedang mengalami pasang surut bukan pasang naik, jadi dunia kesulitan melanjutkan untuk berlayar, kemudian bagaimana dengan Indonesia, bagaimana dengan kita? Jadi ekonomi dunia seperti pesawat besar Airbus A380, mesinnya 4 penumpangnya banyak banget. Apa yang terjadi sekarang?,” sambungnya.
Menurutnya Wijayanto Samirin, mesin ekonomi pertama di dunia adalah Amerika Serikat (AS) yang mewakili 25% dari ekonomi dunia. AS mengalami masalah inflasinya tertinggi dalam 40 tahun terakhir, ekonominya mengalami perlambatan.
Adapun mesin kedua adalah China yang mewakili 18% ekonomi dunia. China juga mengalami masalah, ekonomi nya sedang turun dengan penyebab yang tidak pernah terjadi sebelumnya karena kekeringan, produksi pangan turun, selama ini bergantung pada PLTA, namun karena kekeringan pun mengalami masalah.
Mesin ketiga Namanya European Union, mewakil 18% ekonomi dunia, juga tidak sedang baik-baik saja karena adanya konflik, sehingga mereka kesulitan untuk mempertahankan ekonomi dunia. Memprediksi perekonomian EU, katanya, sama saja seperti memprediksi pemikiran Putin, tidak ada yang bisa prediksi bahkan Putin sendiri mungkin belum memiliki rencana.
Mesin yang keempat adalah Rest of The World yang berada diluar ketiga kelompok tersebut. Ia mewakili 39% ekonomi dunia termasuk Indonesia, yang masih berfungsi dengan baik tapi juga ada masalah. Bahkan saat ini ada 27 negara yang sedang mengantri di IMF untuk dibantu seperti Indonesia pada tahun 98. 39%.
“Ini tidak mengalami krisis tapi juga tidak baik-baik saja. Sehingga sebagai penumpang jika kita mengharapkan pesawat terbang tinggi dan juga smooth, sampai tujuan on time itu sedikit berat karena kita harus bersiap dengan adanya guncangan-guncangan,” terangnya.
Staf Khusus Wakil Presiden 2007-2014 itu melihat, krisis yang terjadi di masa lalu bisa diidentifikasi, karena pada masa lalu kalau bukan krisis keuangan pasti krisis energi, yang disebabkan karena perbankan yang masalah.
“Solusinya kita perkuat perbankan sehingga ekonomi dapat berjalan lagi. Kalau ada krisis yang mirip, tinggal buat resep beli obatnya,” urainya.
Sementra krisis yang sekarang berbeda, karena selain dampak Pandemi Covid-19, krisis juga dihadapkan dengan perang Ukraina-Rusia, kekeringan di China terburuk selama 60 tahun terakhir, dan apakah krisis Lembaga keuangan di dunia juga akan berbenturan.
“Kalau pertumbuhan ekonomi bagus, maka perusahan akan membuat ekspansi dan membuka lapangan pekerjaan baru. Namun kalau pertumbuhan ekonomi rendah, maka perusahaan akan mengerem ekspansinya bahkan membuat efisiensi sehingga pekerjaan menjadi lebih menantang, lebih sulit,” tururnya.
Ia melihat, situasi dan kondisi tersebut akan menyebabkan era dimana krisis akan sering terjadi. Namun tidak perlu takut kepada resiko, harus pandai menghadapi resiko. Supaya bisa survive di era ketidakpastian seperti ini perlu mindset baru, attitude dan skill baru, dan diperlukan juga model bisnis baru.
“Kalau kita menggunakan mindset lama, attitude lama, dan bisnis model lama kita tidak akan survive,” ujarnya
Bagi Wijayanto Samirin, krisis adalah kesempatan. Ia mencontohkan, krisis itu seperti nada mau masuk lift, mau berpindah dari lantai satu ke lantai lain, yang perlu dilakukan harus mengantri. Tapi krisis akan memberikan kesempatan.
Misalnya jika dalam sebuah lift ada yang kentut, maka semua orang dalam lift akan bubar dan keluar. Namun jika bisa tahan, dengan cara pakai masker makan akan bisa survive di lift itu. Ketika krisis, ada juga yang memutuskan naik tangga saja, ternyata lebih cepat lebih sehat, namun jika tidak ada krisis, maka kita tidak akan mengetahui cara lain untuk berpindah ke atas.
“Saya banyak berinteraksi dengan anak muda, saya itu grogi kalau bekerja dengan anak muda karena mereka lebih melek teknologi, kreatif, cekatan. Kalau kita masih muda takut bersaing dengan senior itu salah karena kebalikannya para senior yang merasa lebih grogi. Jadi kemudaan rekan-rekan itu adalah keuntungan,” katanya.
Kepada calon wisudawan, ia menuturkan bahwa setelah proses kuliah akan dihadapkan kembali oleh proses pembelajaran yang sangat pasif, produktif, dan dinamis, dihadapkan dengan dunia nyata serta hal baru.
“Problem kita seringkali kita belajar merasa nyaman, karena belajar menggunakan cara yang sama. Ada orang yang sudah kerja 10 tahun, sebenarnya pengalamannya hanya 1 tahun tapi diulang sebanyak 10 kali,” contohnya.
Ia menyebut di kampus mahasiswa banyak belajar tentang knowledge, sehingga dibutuhkan soft skill, life skill, negotiation skill, bagaimana bisa meyakinkan seseorang interviewer. Sementara soft skill yang membuat teori berenang itu membuat bisa berenang, dan life skill yang membuat bisa berenang di laut, dihadapi dengan stress, krisis.
“Jadi improve terus dari knowledge, lengkapi dengan soft skill dan life skill. Knowledgenya di Paramadina banyak, soft skillnya juga banyak, ketika kalian dihadapi dengan urusan organisasi, life skill ketika kalian dihadapi dengan orangtua yang terlambat mentransfer uang kos, sehingga kalian harus bertahan,” tuturnya.
Sementara itu Wakil Rektor Paramadina, Handi Riszal menyebut Terjadi pergeseran resiko dari Covid menjadi perang pada Rusia dan Ukraina. Awalnya telah dipicu oleh kondisi inflasi yang membuat berbagai negara kesulitan, ditambah lagi posisi Rusia sebagai pemasok 40% sumber energi ke Eropa.
“Lonjakan inflasi terjadi dilanjutkan dengan krisis energi dan pangan yang disebabkan oleh Rusia dn Ukraina yang membuat juga banyak negara maju yang mengantisipasinya. Salah satunya cara negara mengantisipasinya yang kita alami saat inia dalah kenaikan suku bunga, sebagai upaya menyelamatkan ekonomi mereka,” katanya.
Namun demikian, ada momentum besar untuk Indonesia pada 2045, yaitu 100 tahun kemerdekaan RI. 20-23 tahun lagi untuk mahasiswa S1 kalian berusia 45 tahun dimana pada usia tersebut akan menjadi aktor utama pada tahun 2045 ini.
“Apa yang terjadi di tahun 2045 ini, kelas menengah akan tumbuh subur, termasuk Indonesia. Selain itu penggunaan teknologi juga akan semakin maju, kemudian perubahan iklim, perubahan geopolitik, Lembaga internasional akan dikuasai oleh negara -negara margin market seperti Indonesia saat ini, terjadi urbanisasi ilmiah banyak orang yang akan migrasi ke negara-negara Asia, karena memiliki potensi untuk memajukan Dunia. Motor terkuat di Asia selain di China juga ada di Indonesia, itu yang perlu kita lihat sebagai nilai positif kita saat ini,” ujarnya.
Ia menjelaskan, saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami apa yang disebut dengan bonus demografi. Hal ini adalah anugerah untuk bangsa Indonesia, seperti dulu Jepang Ketika awal awal tahun 45 luluh lantah, tetapi dengan restorasi Meji mampu bangkit dan menjadi negara dengan ekonomi dan penguasaan teknologi terbaik sampai saat ini.
“Korea juga seperti itu, tahun 60an masih miskin bahkan lebih miskin daripada kita. Tapi karena kemampuan sumber daya yang mereka miliki, dan penguasaan teknologi yang korea miliki, mereka menguasai teknologi terbaik saat ini. Jika kita lihat ini merupakan golden moment sampai 2030, karena pada periode tersebut jumlah usia produktif paling besar pada periode tersebut,” tururnya.
Saat ini, lanjutnya, 80% populasi Indonesia berada pada usia produktif. Artinya jika dikelola dengan baik, akan memiliki pekerjaan yang baik, inilah momen pertumbuhan, sehingga diharapkan 2045 bangsa ini sudah sejahtera, karena sedang ada pada usia yang aktif. Kalau kesadaran kolektif ini dibangun maka akan menjadi champion pada tahun 2045.
Namun bonus demografi ini juga dapat jadi bencana, jika lapangan pekerjaan sedikit, maka anak muda akan banyak yang menganggur karena tidak memiliki pekerjaan. Sehingga menjadi beban negara, karena harus bayar subsidi, mulai subsidi energi, subsidi listrik.
“Dan menanggung beban usia produktif akan lebih berat dengan menanggung beban usia tidak produktif. Hal ini akan berakhir pada tahun 2030 karena usia produktif ini akan semakin menua,” katanya.
Selain itu, tahun 2004 APBN Indonesia masih 500-600 Triliun, tapi hari ini naik sekitar 6 kali lipat. Pembelanjaan negara saat ini 3000 T. Artinya ekonomi Indonesia tumbuh, berkembng, hal ini didukung oleh pendapatan negara dari pajak hampir 2000T dan juga belanja negara yang cukup besar berarti pemerintah punya budget untuk menggelapkan perekonomian.
“Kalau itu dikelola secara baik seharusnya tidak ada alasan kita menjadi miskin, karena kita sudah memiliki modal 3000T, maka itu kita bisa menjadi anggota G20, yaitu negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia, ini adalah satu modal yang membuat kita harus optimis untuk menjadi lebih baik kedepannya,” ujar Handi Riszal.
Ia berharap, jika semua dapat dikelola dengan baik, pada tahun 2040 Indonesia bisa menjadi salah satu kekuatan besar perekonomian dunia, tentu saja dengan melakukan mitigasi-mitigasi yang sedang terjadi harus mampu menjaga daya beli masyarakat dan juga peningkatan ekspor dan impor.
“Ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh teman-teman kuasai yang pertama adalah hardskill yang telah didapatkan dibantu kuliah, yang kedua ada softskill yang saya yakin teman-teman juga sudah miliki bagaimana cara bernegosiasi, diplomasi. Yang terakhir adalah life skill yang perlu kita implementasikan, yang dapat kita temukan di Paramadina seperti Keindonesiaan, Kemodernan, dan keislaman sehingga kita memiliki idealisme dan karakter,” pungkas Handi Riszal.