Usir Stres, Anak-anak di Jalur Gaza Lakukan Gerakan Breakdance
Berita Baru, Internasional – Di sebuah jalan di kamp pengungsi Nusseirat, di Jalur Gaza tengah, remaja melakukan gerakan breakdance.
Sebelumnya breakdance sempat menjadi sesuatu yang pernah dikutuk oleh beberapa penduduk setempat sebagai tindakan tidak bermoral. Namun sekarang sepertinya dianggap sebagai cara untuk membantu anak-anak beralih dari suasana perang dan trauma selama bertahun-tahun.
Gerakan tarian yang diantaranya bernama top rock dan down rock adalah bagian dari program latihan oleh pelatih Gaza Ahmed Al-Ghraiz. Ia sengaja menggunakan tarian sebagai terapi untuk membantu anak-anak menghilangkan rasa takut dan melepaskan ketegangan.
Ghraiz memiliki sertifikat dalam studi pasca-trauma. Ia sempat menghabiskan tujuh tahun di Eropa, di mana dia dan beberapa temannya mengadakan pertunjukan breakdance yang menurutnya dapat sesuai untuk perjuangan Palestina, khususnya Gaza.
Pada awalnya, orang-orang di kamp menolak gaya tari hip-hop, sampai akhirnya Ghraiz menunjukkan bagaimana hal itu dapat membantu mengatasi beberapa masalah sehari-hari yang dialami oleh anak-anak mereka dan membantu mereka memproses pengalaman mereka.
“Beberapa anak datang kepada saya dan mengatakan mereka lelah, mereka terlihat layu, yang berarti mereka tidak cukup istirahat atau tidur nyenyak. Saya menemukan bahwa beberapa digunakan untuk memotong diri mereka sendiri, dan yang lain menghindari kegiatan sosial,” kata Ghraiz dalam sebuah wawancara sebagaimana dilansir dari Reuters, Selasa (18/10/22).
“Olahraga dan gerakan seperti itu menciptakan stabilitas psikologis,” katanya.
Tarian digunakan di seluruh dunia sebagai praktik terapi bersama konseling tradisional dan upaya rehabilitasi lainnya yang bertujuan untuk meredakan kecemasan, depresi, kemarahan, dan stres pasca-trauma.
Pada tahun 2022, UNICEF, Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan hampir 500.000 anak-anak di Gaza membutuhkan perawatan psikologis.
Anak-anak menyumbangkan sekitar setengah dari 2,3 juta penduduk Palestina di Gaza.
“Kami takut, kami tinggal di rumah, dan kami takut akan suara-suara, dari drone dan perang,” kata Jana Al-Shafe yang berusia 11 tahun.
“Kesehatan mental kami berubah dengan breakdance. Kami terhibur ketika kami datang ke sini dan bermain dengan teman-teman kami dan mengubah suasana hati kami,” katanya kepada Reuters.
Breakdancing, umumnya diyakini telah muncul di kalangan penari kulit hitam dan Latin di New York pada 1970-an, menjadi fenomena dunia dengan munculnya budaya hip-hop.
Gaya tarian akrobatik ini akan dimasukkan untuk pertama kalinya sebagai olahraga di Olimpiade 2024 di Paris.