Refleksi Kemerdekaan RI, NU Sumenep Gelar Istighosah Kubro dan Ijazah Ratib Syaichona Cholil Bangkalan
Berita Baru, Sumenep – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Sumenep (PCNU Sumenep) menggelar refleksi kemerdekaan, pada Minggu (28/8) malam, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke-77 Republik Indonesia (HUT Ke-77 RI)
Acara yang bertempat di bertempat di Gedung Islamic Center, Batuan, Sumenep, itu diisi dengan berbagai kegiatan, diantaranya istighosah Kubro dan Ijazah Ratib Syaichona Muhammad Cholil Bangkalan serta Hizb dari para ulama.
Pada sesi pembukaan, acara dibuka dengan istighosah yang dipimpin oleh Habib Abdul Qadir Bin Husein al-Jufri. Kemudian dilanjutkan dengan sesi sambutan oleh Rais Syuriah PCNU Sumenep, KH Hafidhi Sarbini dan Wakil Bupati (Wabup) Sumenep Nyai Dewi Khalifah.
Saat memberikan sambutan, KH Hafidhi Sarbini bersyukur karena cukup banyak peserta yang hadir pada refleksi kemerdekaan dan ijazah kubro NU Sumenep pada tahun ini. Baik dari pengurus NU se-Sumenep maupun dari simpatisan NU dan lebih-lebih para ulama NU.
“Bersyukur kepada Allah SWT, karena hadir syaihul minal masyayikh, sehingga mendapat barokah dari Allah SWT, supaya kita semua tercatat dan sungguh-sungguh dalam ber-NU, bukan NU yang separuh-separuh,” kata KH Hafidhi Sarbini.
Sementara Wabup Sumenep, dalam sambutannya menyampaikan peran penting NU dalam mencapai dan merawat Kemerdekaan RI. Ia pun optimis, kekuatan besar NU mampu membangun peradaban bangsa Indonesia ke depan, apabila di manage dengan baik.
“NU memiliki kewajiban untuk mengisi kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat. Baik dalam bidang pendidikan, baik dalam bidang kesehatan, sosial, budaya dan tentunya membangun di segala bidang serta sektor di tengah masyarakat,” tururnya.
Sebagai perwakilan Pemkab Sumenep, ia juga berharap NU dan seluruh Badan Otonom yang dimiliku mulai dari tingkat ranting hingga kabupaten turut aktif berperan menghadapi tantang yang besar, yaitu menjadi benteng bagaimana generasi muda Sumenep tidak terbawa dengan kegiatan-kegiatan yang negatif, terutama narkoba.
“Mari kita isi, mulai dari tingkat ranting sampai tingkat kabupaten dengan kegiatan yang sifatnya positif agar generasi muda kita tidak terbawa arus kegiatan negatif. Apalagi dengan pergaulan yang membawa dampak merusak akhlak dan moral generasi muda kita. Ini adalah kewajiban kita bersama,” katanya.
Nyai Efah optimis, dengan kebersamaan ukhuwah silaturrahim yang kuat, serta doa yang selalu dipanjatkan bersama-sama, NU akan tetap bisa membawa kebaikan dan manfaat di tengah masyarakat dan akan terus diberikan kejayaan ila yaumil qiyamah.
“Dan mudah-mudahan dengan Istighosah Kubro serta Ijazah yang nanti akan diberikan oleh para alim ulama, ini bagian dari bagaimana kita membangun generasi muda kita, jiwa kita, menjadi jiwa yang kuat dengan akhlakul karimah,” pungkasnya.
Sementara itu, acara Refleksi Kemerdekaan RI dan Ijazah Kubro Ratib Syaichona Muhammad Cholil Bangkalan dipimpin oleh KH Abdul Adzim Cholili (Wakil Rois PWNU Jawa Timur) dan KH. Muhammad Makki Nasir (Ketua PCNU Bangkalan).
Pada kesempatan itu, KH Abdul Adzim Cholili menekankan pentingnya ber-NU, baik secara struktural maupun kultural, karena NU merupakan wadah organisasi Islam yang didirikan dan dirawat oleh para ulama. Ia juga menyampaikan berbagai kisah dan saksi sejarah perjalanan NU dari masa-masa dalam melewati berbagai macam tantangan.
“Jamiyah Nahdlatul Ulama benar-benar jamiyah yang diridhoi dan jelas-jelas manfaat. Seandainya tidak bermanfaat, sudah bubar sejak dulu,” tuturnya.
KH Abdul Adzim Cholili menegaskan, apabila tidak menyukai salah seorang kiai NU, jangan pernah sekali-kali merusak atau menjelek-jelekkan NU, karena NU jelas-jelas dipimpin oleh para auliya sejak proses pembentukan jamiyah.
“Mulai dari yang merestui, Syaikhona Cholil, auliya yang bukan sekedar auliya, tetapi auliya yang luar biasa. Kewaliannya masyhur, kealimannya juga masyhur,” ungkapnya.
“Yang memimpin NU, yang punya NU seperti ini (para auliya red.). Sebab itulah kita harus ikhlas dan khidmat di dalam jam’iyah Nahdlatul Ulama, insyaallah akan bersama-bersama para ulama dunia dan akhirat,” imbuhnya.
Setelah memberikan wejangan ke-NU-an, KH Abdul Adzim Cholili kemudian memberikan beberapa doa atau hizb dari para ulama-ulama NU.
Adapun KH. Muhammad Makki Nasir, sebagai keluarga Syaikhona Cholil Bangkalan, dipercaya memberikan Ijazah Ratib Syaichona Muhammad Cholil Bangkalan.
Namun sebelum itu ia menyampaikan terkait pondasi didirikannya NU. Menurutnya, NU dibentuk sebagai wadah para ulama, selain untuk menjaga ahlussunnah wal jamaah juga menuju kemerdekaan NKRI.
“Maka kewajiban kita, Nahdlatul Ulama, sebagai pemegang saham terbesar untuk ikut menjaga membangun, baik organisasi NU, atau negara ini (Indonesia). Bagian Hirosatuddunya, pemerintah; ketentraman, keamanan, kesejahteraan. Hirosatuddin, NU,” tuturnya.
“Lewat refleksi kemerdekaan, NU sebagai pemegang saham terbesar harus mampu bergerak dibidang, orang lain yang tidak mampu bergerak,” pungkas KH. Muhammad Makki Nasir.