Momen Langka, Pemimpin Tertinggi Taliban Menampakkan Diri Pimpin Salat Idul Fitri
Berita Baru, Kabul – Pemimpin tertinggi Taliban Haibatullah Akhunzada menampakkan diri untuk kedua kalinya sejak 2016 untuk menjadi imam salat Idul Fitri dan memberi tahu jamaah bahwa Taliban telah mencapai kebebasan dan keamanan sejak merebut kekuasaan tahun lalu.
Dikawal ketat oleh pasukan keamanan, Akhunzada ceramah di hadapan ribuan jamaah Islam pada Sabtu (1/5) di Masjid Eidgah di kota selatan Kandahar, pusat kekuatan de facto.
“Selamat atas kemenangan, kebebasan, dan kesuksesan,” kata Akhunzada, dikutip dari Al Jazeera.
“Selamat atas keamanan ini dan untuk sistem Islam,” imbuhnya.
Dalam video yang beredar di media sosial, Akhunzada melakukan ceramah singkatnya dari salah satu barisan depan jemaah di Kandahar tanpa menoleh ke arah kerumunan.
Pejabat Taliban tidak mengizinkan wartawan untuk mendekatinya.
Dua helikopter melayang di atas masjid selama salat Idul Fitri yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu.
Pada bulan Oktober, dia mengunjungi masjid Darul Uloom Hakimiah di Kandahar, menurut rekaman audio yang diedarkan oleh akun media sosial Taliban.
Jarang sekali tampil di hadapan publik, banyak spekulasi tentang perannya dalam pemerintahan baru Taliban yang telah menguasai Afghanistan secara keseluruhan pada 15 Agustus tahun lalu.
Bahkan muncul rumor di sekitar akhr tahun 2021, Akhunzada telah meninggal.
Akhunzada, diyakini berusia 70-an, telah menjadi pemimpin spiritual Taliban sejak 2016.
Dia menggantikan Mullah Akhtar Mansoor yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Pakistan.
Profil publiknya sebagian besar terbatas pada pelepasan pesan selama hari libur Islam, dan Akhunzada diyakini menghabiskan sebagian besar waktunya di Kandahar.
Meski demikian, kemunculan Akhunzada di saat terjadi gejolak serangan pengeboman di masjid-masjid, yang terakhir pada Jumat terakhir Ramadan kemarin, menewaskan 50 jamaah muslim.
Karena itu, banyak warga Afghanistan tinggal di dalam rumah setelah serangan mematikan baru-baru ini.
“Situasi rakyat kami sangat menyedihkan, terutama setelah apa yang terjadi di masjid-masjid,” kata warga Kabul, Ahmad Shah Hashemi. “Banyak orang tua dan muda menjadi martir. Orang-orang Afghanistan tidak memiliki apa-apa selain kesedihan.”