Review Gangubai Kathiawadi: Perjuangan Perempuan yang Tak Dibicarakan
Berita Baru, Entertainment – Sanjay Leela Bhansali, sutradara dari film India kembali dengan karya terbarunya, Gangubai Kathiawadi. Kali ini ia tak hanya bekerja sebagai sutradara, tapi juga penulis, editor, produser, dan composer lagu.
Pada 26 April lalu, Gangubai Kathiawadi akhirnya tayang di Netflix. Buat kamu yang penasaran dengan ceritanya, cek terlebih dahulu sinopsis film tersebut di bawah ini.
Sinopsis Gangubai Kathiawadi
Ganga Harjivandas, seorang perempuan yang lahir dari keluarga terpandang di daerah Kathiawad, berambisi menjadi aktris Bollywood. Pada usia 16 tahun, kekasihnya bernama Ramnik Lal mengajaknya ke Mumbai untuk bertemu seorang bibi yang bakal membantu membuka jalan karier bagi Ganga.
Ganga pun setuju, mereka diam-diam lari dari rumah demi mimpi besar, dengan membawa serta sejumlah barang perhiasan orangtuanya. Yang terjadi setelah itu adalah mimpi buruk.
Ramnik ternyata menjual Ganga ke rumah bordil di Kamathipura seharga 1000 Rs. Bibi Sheela Mausi bukan tokoh fiktif, namun ia juga bukan jawaban cita-cita Ganga, melainkan seorang germo. Ganga dipaksa melakukan prostitusi.
Butuh waktu untuk sadar bahwa ia tak bisa lari dari tempat itu. Maka, Ganga mengubah namanya menjadi Gangubai Kathiawadi. Ia bertekad memimpin Kamathipura, mengubah dan memperjuangkan hidupnya, karena hanya itu yang ia punya.
Namun, jalan hidup itu tak mudah. Ganga dan teman-temannya harus bekerja tanpa libur, bahkan menghadapi kekerasan seksual dari tamu yang datang. Ia beruntung karena memiliki Rahim Lala, seorang mafia yang menjadi kakak angkatnya.
Review Gangubai Kathiawadi
Yang bikin Gangubai bagus? Sulit ditampik, tangan dingin Sanjay Leela Bhansali (SLB) jelas alasan nomor satu. Lewat film ini, ia kembali membuktikan karyanya memang tak pernah mengecewakan.
Gangubai menghadirkan akting dan plot cerita yang luar biasa; diajak menyimak kehidupan prostitusi dari dalam. Seketika, film ini menjadi sebuah cerita tentang tokoh yang tak dibicarakan dalam sejarah.
Ya, cerita ini berasal dari kisah nyata dengan tokoh bernama serupa. Gangubai Harjeevandas, dikenal dengan Gangubai Kothewali atau Gangubai Kathiyawadi. Perjuangannya dalam aktivisme dan advokasi membela hak-hak pekerja seks menorehkan sejarah mendalam dari kelompok yang kerap dianggap tabu dan mengalami diskriminasi.
SLB berkali-kali bekerja sama dengan pemeran unggul di India. Kali ini, antusiasme menyambut karya terbaru SLB menjadi dua kali lipat lebih heboh dengan digandengnya aktris Alia Bhatt, the current icon of Bollywood. Alia berhasil merasuk dalam perannya sebagai Gangu, seorang mucikari sekaligus ibu bagi 4.000 perempuan di Kamathipura.
Ajay Devgn, meski sebagai pemeran pendukung, namun menghadirkan kesan mendalam dalam setiap penampilannya. Ia tak kekurangan dalam membawakan karakter seorang mafia Muslim yang dibalik sifat dinginnya berkenan menggunakan kekuasaan guna mendukung dan melindungi Gangu, seorang tokoh prostitusi.
Kalaupun ada minusnya, itu adalah penulisan dialog dalam film ini yang terkesan tak memberi jeda bagi penonton untuk terpesona tanpa henti dengan kata-kata ‘besar’ dan bijak ala Gangu, terlepas bahwa apa yang ia ungkapkan adalah kegelisahan yang menyentuh.
Karya SLB selalu klasik dan berkelas. Pengambilan gambar, kekuatan karakter, desain lokasi syuting, musik latar, hingga detail akting selalu dikemas dengan mempesona. Penonton Devdas atau Bajirao Mastani pasti telah merasakan kekuatan ‘sihir’-nya, yang mampu menyulap kisah cinta paling merana menjadi tontonan megah dan menghibur.
Suara dari pinggir
Sepanjang menonton, saya jadi terpikirkan mengenai beberapa hal, terutama dilematika yang dihadapi Gangu dan perempuan pekerja lainnya di Kamathipura.
Mungkin kamu berpikir, apa memang yang perlu diperjuangan pekerja seks seperti Gangu? Tahukah kamu, mereka adalah kelompok pekerja yang paling sering mengalami kekerasan seksual saat bekerja? Yap, lihat saja Gangu, yang pada tubuhnya melintang luka dan memar akibat dikasari oleh tamu.
Komisioner Komnas Perempuan Tiasri Wiandani pernah mengungkapkan belum ada jaminan bagi pekerja pada sektor tersebut, meski harus diakui bahwa sektor pekerjaan ini banyak dilakukan oleh perempuan dan mereka mengalami kerentanan berlapis. (Tulisan lengkapnya dapat dibaca di sini).
Gangu perlu bekerja lebih keras untuk memastikan dirinya aman dari kekerasan, karena mucikari mereka saar itu, Bibi Sheela, lepas tangan dan memperlakukan mereka secara eksploitatif, tak lebih sebagai mesin uangnya.
Selain itu, Gangu menuntut perlakuan adil dan melawan diskriminasi terhadap pekerja seks, diantaranya pemberian hari libur, hak sekolah bagi anak-anak mereka, dan menghadang penggusuran atas rumah bordil di wilayahnya.
Apa yang menjadi akar prostitusi? Jika pekerjaan sebagai pekerja seks ini sedemikian rumit dan perlu diminimalisir aktivitasnya, maka harus ada upaya penuh oleh pemerintah maupun masyarakat untuk memperjelas langkah pemberdayaan perempuan dan memastikan perempuan sejak dini mendapatkan hak pendidikan yang layak.
Demi meneguhkan diri dan menjaga 4.000 perempuan di daerahnya, Gangu pun bertarung siasat dalam kancah politik. Tujuan akhirnya: legalisasi prostitusi. Akankah ia mampu melakukan itu? Tonton filmnya sekarang di Netflix.