Ratna Juwita: Kebutuhan Mineral Kritis Jangan Hanya Kejar Kuantitas Eksplorasi
Berita Baru, Nasional – Anggota DPR RI Ratna Juwita Sari menekankan bahwa penerapan strategi eksplorasi logam tanah jarang (LTJ) dan mineral kritis bagi transisi energi yang dilakukan oleh Badan Geologi penting untuk memperhatikan prinsip keamanan dan berkelanjutan.
Hal ini diungkapkannya saat memberikan kata sambutan dalam Forum Geologi Nasional II 2022 yg diadakan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI pada Kamis (31/3) lalu dengan mengusung tema besar “Geologi untuk Perlindungan dan Kesejahteraan.”
Dalam pidatonya, Ratna menegaskan pentingnya memberikan perhatian pada konsekuensi eksplorasi mineral terhadap kondisi lingkungan hidup. “Kebutuhan mineral kritis tidak akan sebanding dengan kerusakan ekosistem yang ditimbulkan jika kita hanya mengejar kuantitas eksplorasi,” ujar Ratna.
Selain tema besar “Geologi untuk Perlindungan dan Kesejahteraan” terdapat dua subtema yang menjadi highlight dari forum ini, yaitu “Modernisasi Peralatan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan Geologi” serta “LTJ dan Mineral Kritis untuk Transisi Energi dan Strategi Eksplorasinya.”
Menyoal kesiapan pemerintah Indonesia dalam mengakselerasi transisi energi, Ratna mengungkapkan terdapat kebutuhan lain yang masih menjadi prioritas. Karenanya, dibutuhkan lebih dari sekadar komitmen dari pemerintah.
“Dengan kondisi APBN yang sudah sangat ketat, karena banyak kebutuhan prioritas lainnya, [seperti] PEN, IKN, JPS, saya kira butuh dari sekedar komitmen dari pemerintah untuk menunjukkan bahwa ada upaya extraordinary untuk mengejar 13 persen target bauran energi sampai 2025 nanti, karena pada kenyataannya kita baru bisa di angka 11,5 persen dari total 23 persen yang diamanahkan RPJMN,” jelasnya saat dihubungi Beritabaru.co.
Kesiapan Mitigasi Bencana
Modernisasi Peralatan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan Geologi menjadi salah satu perhatian Badan Geologi saat ini. Menurut Ratna selaku Mitra Komisi VII yang membidangi Energi, Ristek, dan Perindustrian, dirinya menegaskan adanya dua tugas mendasar dari Kementerian ESDM.
“Mitigasi bencana dan memastikan eksplorasi geologi yg berkelanjutan akan menjadi dua hal yang sangat mendasar sebagai bentuk pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang sangat besar bagi ESDM. Mengingat, Indonesia berada dalam daftar 35 negara paling rawan bencana,” ungkap Ratna.
Meski demikian, ia percaya bahwa para ahli dapat menghasilkan fasilitas terbaiknya guna mendukung efektivitas mitigasi bencana. Namun, diperlukan adanya sinergi antara lembaga riset dengan investor untuk menyinkronkan temuan yang ada. Sementara itu, Badan Geologi memiliki peran strategis guna menyusun mitigasi bencana baik secara struktural maupun non-struktural.
“Banyak sekali diaspora kita yang berkualitas, namun karena iklim riset di Indonesia belum begitu baik, mereka lebih memilih untuk berkarya di negara lain. Ini harus dicermati sebagai salah satu bentuk keseriusan kita menuju kemandirian teknologi juga,” lanjut Ratna.
Tantangan Eksplorasi Mineral Kritis dan Dampaknya pada Lingkungan Hidup
Badan Geologi ESDM belakangan ini menjadi sorotan setelah pada Januari lalu ditemukan adanya potensi mineral logam tanah jarang dari lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kasus lumpur Lapindo sebelumnya telah ditetapkan sebagai bencana alam pada tahun 2015 oleh Mahkahmah Agung dan DPR. Sedangkan hingga saat ini, masih ada korban yang belum mendapatkan ganti rugi.
Semangat Badan Geologi untuk Perlindungan dan Kesejahteraan sudah seyogyanya ikut memperhatikan jangka panjang dari eksplorasi dan dampaknya pada lingkungan hidup serta masyarakat luas.
“Mengenai korban yang belum mendapatkan ganti rugi, semoga Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, maupun Pemerintah Provinsi Jatim bisa bersama-sama ‘mengingatkan’ Pemerintah Pusat agar bisa segera dituntaskan,” ujar Ratna.
Forum Geologi Nasional II 2022 diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kinerja dan fungsi Badan Geologi demi memberikan pelayanan baik bagi masyarakat. Saksikan selengkapnya dalam tautan di bawah ini.