Corbyn: Partai Buruh Menang Argumen, Tapi Kalah Suara
Berita Baru, Internasional – Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn menulis perihal pemungutan suara di tengah isu Brexit, bahwa rencana pemisahan dengan Uni Eropa saat ini merupakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan sistem. Dengan demikian, rencana itu dapat mengalihkan perhatian mereka dari wacana sosial-ekonomi.
Tulisan itu diterbitkan oleh Corbyn di majalah The Guardian’s Observer Section. Selaku pemimpin Partai Buruh yang akan mundur, Corbyn mencatat bahwa masa depan Partai Buruh dapat diramalkan di masa mendatang.
Mengingat kenaikan 10 persen popularitas partai pada 2,5 tahun yang lalu, Corbyn juga menyerukan pentingnya “periode refleksi dalam partai,” karena kekalahan baru-baru ini terlihat berbeda, di mana kekalahan itu merupakan yang terburuk sejak 1930-an.
“Beberapa tahun terakhir, kita telah melihat serangkaian pergolakan politik: kampanye kemerdekaan Skotlandia, Transformasi Buruh, Brexit, gelombang pemilihan Partai Buruh, dan sekarang kemenangan ‘Get Brexit Done’-nya Johnson,” ujarnya sembari menambahkan, bahwa “tidak ada yang namanya kebetulan.”
Corbyn juga mengungkapkan pandangannya bahwa pemilihan umum itu memang semata-mata tentang Brexit, yang mana “dijual sebagai tamparan terhadap sistem,” terutama di kota-kota “di mana pabrik-pabrik baja ditutup dan politik tidak lagi dipercaya.”
Dia kemudian menyatakan bahwa Partai Buruh “telah membayar mahal agar tampak di mata masyarakat sebagai usaha kembali pada referendum.” Ini juga yang berulang kali ditekankan oleh oleh Boris Johnson.
“Kita sekarang perlu mendengar pendapat masyarakat di Stoke dan Scunthorpe, Blyth dan Bridgend, Grimsby dan Glasgow, di mana mereka tidak mendukung Partai Buruh. Negara kami telah berubah secara fundamental sejak krisis keuangan dan kepura-puraan proyek politik,” tulis Corbyn.
Ekspektasi Corbyn untuk masa depan memang terlihat cerah saat ia menyampaikan poin pembicaraan yang ia yakini berhasil:
“Saya bangga bahwa dalam penghematan, pada kekuatan partai, pada ketidaksetaraan dan pada situasi darurat iklim, kami telah memenangkan argumen dan menulis ulang persyaratan debat politik.” Namun ia juga menyesal, bahwa “kami tidak berhasil mengubah kemenangan itu menjadi dalam keunggulan suara di parlemen untuk mewujudkan perubahan.”
Dia yakin Partai Buruh belum “memenangkan kepercayaan (pemilih) mereka,” dengan “sabar bekerja, mendengarkan, dan berdiri dengan masyarakat, terutama ketika pemerintah meningkatkan serangannya.” Apalagi mengingat “semakin ganasnya serangan terhadap Partai Buruh” selama beberapa tahun terakhir.
“Partai membutuhkan strategi yang lebih kuat untuk menghadapi permusuhan dengan para miliarder ini. Ia memengaruhi langsung, jika mungkin, mengubahnya untuk keuntungan kita,” tulisnya. Corbyn juga menekankan bahwa dia bertanggung jawab atas “kekalahan berat” partainya.
Meskipun Jeremy Corbyn mengakui dia tidak akan menjadi pemimpin Partai Buruh pada pemilihan berikutnya, politisi itu mendapat tekanan besar untuk mengundurkan diri pada hari Jumat, 13 Desember 2019.
Hasil pemungutan suara rakyat dari Partai Buruh turun sebesar 7,8 persen dibandingkan tahun 2017. Mereka juga kehilangan kursi Partai Buruh di utara Inggris, Midlands, dan Wales dalam pemilihan nasional 12 Desember yang dimenangkan Tories. Kemenangan Tories itu merupakan kemenangan terbesar Partai Buruh sejak 1980-an. (Ipung)
Sumber: SputnikNew