NATO Tingkatkan Pasokan Rudal Pertahanan Udara dan Senjata Anti-Tank ke Ukraina
Berita Baru, Internasional – Pada tanggal 28 Februari, Skeretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengumumkan bahwa aliansi tersebut akan meningkatkan pasokan rudal pertahanan udara dan senjata anti-tank ke Ukraina di tengah operasi militer yang diluncurkan oleh Rusia untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina.
Menanggapi pernyataan tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko, mengatakan bahwa tidak ada jaminan bahwa tidak akan ada insiden dengan NATO, karena aliansi tersebut terus memasok senjata ke Ukraina.
“Kami sangat prihatin dengan program pengiriman senjata itu”, katanya. “Semua dalam situasi ini sangat berbahaya, tidak ada jaminan bahwa tidak akan ada insiden [dengan NATO]”.
Mengomentari potensi risiko insiden antara Rusia dan aliansi, diplomat Rusia mencatat bahwa sangat “masuk akal” jika NATO tidak ikut campur secara militer dalam situasi di Ukraina.
“Ini menunjukkan bahwa setidaknya ada beberapa kewarasan yang tersisa dalam tindakan NATO,” kata Grushko.
Dilansir dari Sputnik News, Grushko juga mengatakan bahwa masih ada risiko tabrakan antara Moskow dan NATO, dan tidak ada jaminan bahwa insiden potensial tidak akan meningkat.
Pada hari Selasa, Jens Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi tidak akan menjadi bagian dari konflik di Ukraina dan tidak memiliki rencana untuk mengerahkan pasukan di negara itu atau memindahkan pesawat ke wilayah udaranya.
Namun, negara-negara NATO terus memasok senjata ke Ukraina, dengan Stoltenberg mengatakan pada akhir Februari bahwa aliansi itu meningkatkan pasokan rudal pertahanan udara dan senjata anti-tank ke negara itu.
Terkait solusi antara Rusia-NATO, Grushko mengatakan terlalu dini untuk membicarakan hal itu, tetapi ia mencatat bahwa “jelas hubungan keduanya tidak bisa sama seperti sebelumnya.”
“Kami telah memperingatkan sepanjang waktu bahwa jika ini tidak dapat diselesaikan secara politik berdasarkan konsensus, atas dasar keseimbangan kepentingan, kami harus mengambil tindakan yang kami anggap perlu, maka akan terlambat untuk memintanya. kenapa kami melakukannya”, jelasnya.
Grushko juga mencatat bahwa hubungan baik antara Rusia dengan NATO kemungkinan bisa dirajut kembali jika jaminan keamanan Rusia diselesaikan. Ia juga menegaskan bahwa Rusia akan terus bersikeras untuk memberikan jaminan hukum non-ekspansi NATO ke timur.
Sebagaimana diketahui, Rusia memulai operasi militer di Ukraina untuk “demiliterisasi dan de-Nazifikasi” sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk dalam melawan agresi oleh pasukan Ukraina. Kremlin mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina dan bahwa keberadaan pasukan Rusia di Ukraina hanya menargetkan infrastruktur, sementara keselamatn penduduk sipil akan terus dijaga.