Fajar B. Hirawan, Pengendalian COVID-19, dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Berita Baru, Tokoh – Pertumbuhan ekonomi di Indonesia memiliki hubungan positif dengan pengendalian COVID-19. Semakin baik pemerintah dalam mengendalikan laju COVID-19, semakin baik pula ekonomi di Indonesia.
Menurut Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B. Hirawan dalam gelar wicara Bercerita ke-85 Beritabaru.co pada Selasa (22/2), hal tersebut bisa terjadi karena kontraksi ekonomi di Indonesia ditentukan oleh pergerakan masyarakat.
Ketika tren penularan COVID-19 meningkat dan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat diterapkan, maka korbannya adalah ekonomi.
Berdasarkan data yang dihimpun Beritabaru.co, pada semester I tahun 2021 ketika pemerintah cukup berhasil mengendalikan COVID-19, ekonomi Indonesia bangkit di angka 7,07%.
Namun, pada Juli – September 2021, ketika Varian Delta menyapa dan pemerintah mengeluarkan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara ketat, ekonomi Indonesia kembali merosot menjadi 3,51%.
“Ya sebab itulah, pengendalian pandemi ini penting. Dampaknya tidak saja ke ekonomi, tapi juga sosial dan pendidikan,” kata Fajar dalam diskusi yang ditemani oleh Diah Bahtiar, host Beritabaru.co.
Pada satu sisi, pengendalian pandemi penting, tapi pada sisi lain, lanjut Fajar, yang tidak kalah penting adalah manajemen risiko.
Untuk kasus Varian Delta, Fajar menilai bahwa pemerintah kurang siap menghadapinya, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Meski demikian, ketika menghadapi gelombang ketiga, Varian Omicron, Pemerintah mampu menanganinya dengan cukup baik.
“Bicara keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama, di gelombang ketiga, pemerintah sudah cukup baik. Ya karena sudah belajar dari gelombang I dan II,” ungkapnya.
Antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan
Dalam diskusi yang ditayangkan langsung melalui Instagram Live Beritabaruco ini, Fajar juga menyinggung soal relasi antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan.
Fajar menjelaskan, ada dua (2) teori yang berkembang tentang relasi keduanya. Pertama menyebut bahwa keduanya berhubungan secara positif, dalam arti semakin ekonomi tumbuh, semakin tingkat kemiskinan turun.
Adapun kedua meyakini sebaliknya, yakni adanya pertumbuhan ekonomi tidak selalu berdampak pada turunnya tingkat kemiskinan.
Fajar sendiri lebih cenderung pada teori kedua. Kunci dalam pertumbuhan ekonomi adalah adanya distribusi yang baik.
Ketika ekonomi tumbuh bagus tetapi distribusinya tidak merata maka buahnya adalah angka kemiskinan yang akan meningkat, sehingga yang perlu pemerintah perhatikan di sini, tegas Fajar, adalah bagaimana distribusi ekonomi di Indonesia selama pandemi bisa berjalan baik.
“Pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan tidak selalu bisa dihubungkan. Ketika ekonomi tumbuh, tingkat kemiskinan tidak mesti juga akan turun,” papar Fajar.
“Di sini, kita perlu melihat aspek distribusi pedapatannya, apakah merata atau yang kaya makin kaya dan miskin makin miskin? Dari sini timbul istilah sharing atau distribusi pendapatan yang baik, dan pemerintah harus memfasilitasi ini,” imbuhnya.
Fajar menyebut bahwa salah satu instrumen yang efektif untuk pekerjaan ini adalah pajak, di samping subsidi yang pemerintah penting untuk tegas terkait ketepatan sasarannya.
Di atas semuanya, dalam kasus pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Fajar menyampaikan dirinya merasa bahwa Indonesia dilimpahi banyak keberuntungan.
Ketika ekonomi Indonesia sedang dalam kontraksi yang hebat akibat terjangan Varian Delta pada pertengahan 2021, nilai ekspor Indonesia meningkat.
“Ini berkah Tuhan ya, semacam a blessing in disguise. Di saat yang sangat sulit itu, nilai ekspor Indonesia naik dan itu sampai dua digit,” tegasnya heran.