AS Rencanakan Latihan Militer Terbesar
Berita Baru, Internasional – Pekan lalu, presiden Donald Trump mengancam akan memberi sanksi perdagangan terhadap sekutu Eropa jika mereka “nakal” dalam komitmen pengeluaran pertahanan untuk NATO. Bentuk komitmen itu, akan diuji dalam latihan militer AS di Eropa.
Tahun depan, militer AS berencana untuk melakukan latihan terbesar di wilayah Eropa sejak perang dingin, seperti kata Mayor Jenderal Barre Seguin, Wakil Kepala Staf, Markas Besar Sekutu Powers Eropa, dikutip oleh Reuters (11/12).
Seguin mengatakan bahwa selama latihan militer yang dijadwalkan untuk bulan April dan Mei 2020, sekitar 20.000 tentara AS akan dikirim ke Eropa. Dia bersikeras bahwa mengadakan latihan seperti itu berarti benar-benar menunjukkan persatuan transatlantik dan komitmen AS terhadap NATO.
Dia menyamakan latihan dengan “REFORGER” manuver yang dilakukan pada 1980-an. Sebanyak 37.000 tentara akan ambil bagian dalam latihan perang tersebut. Di mana prajurit AS akan bergabung dengan pasukan Amerika lainnya yang ditempatkan di seluruh Eropa dan militer dari 18 sekutu NATO.
“Kami akan memasuki era persaingan strategis di masa damai. Aliansi telah direorientasi” katanya tanpa merinci.
Pernyataan itu muncul setelah presiden AS Donald Trump mengatakan dalam KTT NATO di London pekan lalu bahwa Washington akan memberlakukan blok perdagangan pada sekutu Eropa jika mereka gagal memenuhi komitmen mereka untuk pengeluaran pertahanan militer.
“Jika sesuatu terjadi, kita seharusnya melindungi mereka? Itu tidak adil. Jika mereka tidak mau, saya harus melakukan sesuatu sehubungan dengan perdagangan. Dengan perdagangan, saya memiliki semua kartu, ”katanya.
NATO telah secara signifikan meningkatkan kehadirannya di Eropa Timur sejak pecahnya konflik di Ukraina pada tahun 2014, menggunakan penyatuan kembali Krimea dengan Rusia dan dugaan campur tangan Rusia dalam urusan internal Ukraina sebagai dalih.
Moskow telah berulang kali menyatakan protes terhadap penumpukan militer NATO, dengan mengatakan bahwa langkah ini akan merusak stabilitas regional dan menghasilkan perlombaan senjata baru.
Sumber : SputnikNews