Kian Panas, Ukraina Bantah Tuduhan Rusia Bahwa Pihaknya Mengirim Pasukan ke Rusia
Berita Baru, Kyiv – Pada Senin (21/2) malam, Ukraina bantah tuduhan Rusia bahwa pihaknya mengirim pasukan ke Rusia dan meminta agar Rusia berhenti menyebarkan hoaks di tengah konflik yang semakin memanas.
Sebelumnya, pada Senin pagi, militer Rusia mengatakan telah membunuh lima “penyusup” yang menyeberang ke Rusia dari Ukraina dan mencoba memasuki wilayah Rusia dengan kendaraan bersenjata.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba langsung menepis pernyataan Rusia tersebut. Kuleba juga mengatakan bahwa Ukraina tidak menyerang Donetsk atau Luhansk, tidak melakukan sabotase bahkan “tidak merencanakan tindakan seperti itu”.
“Rusia, hentikan pabrik pembuat palsumu sekarang,” katanya, di laman Twitter resminya.
Pernyataan Rusia tersebut juga muncul ketika Kyiv dan Washington menuduh Rusia merencanakan operasi “bendera palsu” untuk memalsukan serangan Ukraina untuk dijadikan dalih untuk serangan habis-habisan.
Imbas dari situasi tersebut, menurut laporan Reuters, pasar keuangan Eropa mengalami kejatuhan karena tanda-tanda peningkatan konfrontasi, setelah sempat naik tipis di tengah secercah harapan bahwa pertemuan puncak mungkin menawarkan jalan keluar dari krisis militer terbesar Eropa dalam beberapa dekade.
Setelah laporan dugaan serangan, bursa utama Eropa turun antara 0,5% dan 1,8%. Saham Rusia jatuh.
Citra satelit yang dirilis pada akhir pekan tampaknya menunjukkan penempatan Rusia lebih dekat ke perbatasan Ukraina daripada sebelumnya.
Kegelisahan semakin bertambah ketika sekutu dekat Moskow, Belarusia, pada Minggu (20/2) mengumumkan bahwa Rusia akan memperpanjang latihan militer di sana.
Rusia memiliki puluhan ribu tentara di Belarus. AS menyebut jumlah pasukan Rusia di Belarusia berjumlah 169.000-190.000, termasuk pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur.
Setelah pembicaraan di Brussel dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, menteri luar negeri Inggris Liz Truss mengatakan negara-negara Barat sedang mempersiapkan “skenario terburuk”. Maskapai Lufthansa, KLM dan Air France semuanya membatalkan penerbangan ke Kyiv.
Tetapi Uni Eropa menolak seruan dari Kyiv untuk menjatuhkan beberapa sanksi sekarang untuk mencoba mencegah perang sebelum dimulai.