Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Foto: Reuters.
Foto: Reuters.

Ini Alasan Ilmuan Mulai Waspadai BA.2, Subvarian yang Dijuluki Sepupu Omicron



Berita Baru, ChicagoVarian Omicron, atau bentuk umum yang dikenal dengan BA.1, sekarang mendominasi hampir semua kasus COVID-19 secara global. Namun ilmuan mulai waspada dengan kehadiran subvarian BA.2 atau subvarian yang dijuluki Sepupu Omicron.

Di beberapa negara di Asia dan Eropa, kasus COVID-19 yang disebabkan oleh subvarian BA.2 mulai meningkat. Di Inggris, subvarian baru tersebut mendominasi kasus COVID-19 di Inggris pada 21 Januari.

Secara global, BA.1 menyumbang 98,8% dari kasus berurutan yang dikirimkan ke database pelacakan virus publik GISAID pada 25 Januari.

Tetapi beberapa negara melaporkan peningkatan baru-baru ini dalam subvarian yang dikenal sebagai BA.2, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Selain BA.1 dan BA.2, WHO mencantumkan dua subvarian lain di bawah payung Omicron: BA.1.1.529 dan BA.3.

Semuanya terkait erat secara genetik, tetapi masing-masing memiliki mutasi yang dapat mengubah cara mereka berperilaku.

Seorang ahli virologi komputasi di Fred Hutchinson Cancer Center, Trevor Bedford yang telah melacak evolusi SARS-CoV-2, menulis di Twitter pada hari Jumat (28/1) bahwa BA.2 mewakili sekitar 82% kasus di Denmark, 9% di Inggris dan 8% di Amerika Serikat.

Data tersebut didasarkan pada analisisnya tentang pengurutan data dari database GISAID dan jumlah kasus dari proyek Our World in Data di University of Oxford.

Karena itu, ilmuan mulai waspadai Sepupu Omicron tersebut karena beberapa hal berikut ini.

1. Subvarian “Siluman”

Versi BA.1 dari Omicron agak lebih mudah dilacak daripada varian sebelumnya.

Itu karena BA.1 kehilangan satu dari tiga gen target yang digunakan dalam tes PCR umum.

Kasus yang menunjukkan pola ini diasumsikan secara default disebabkan oleh BA.1.

Sementara itu, versi BA.2, kadang-kadang dikenal sebagai subvarian “siluman”, karena tidak memiliki gen target yang hilang yang sama.

Untuk itu, para ilmuwan memantau penyebaran BA.2 dengan cara yang sama seperti varian sebelumnya, termasuk Delta, yaitu dengan melacak jumlah genom virus yang dikirimkan ke database publik seperti GISAID.

Menurut para ahli, seperti varian lainnya, infeksi BA.2 dapat dideteksi oleh alat tes virus corona di rumah. Namun alat tes tersebut tidak dapat menunjukkan apakah itu BA.2 atau sub varian lain.

2. Lebih Cepat Menular?

Beberapa laporan awal menunjukkan bahwa BA.2 mungkin lebih menular daripada BA.1 atau Omicron, yang sudah sangat menular.

Namun, sejauh ini tidak ada bukti bahwa BA.2 lebih menular atau tidak mempan vaksin.

Menurut laporan Reuters, Pejabat Kesehatan Denmark memperkirakan bahwa BA.2 mungkin 1,5 kali lebih mudah menular daripada BA.1, berdasarkan data awal, meskipun kemungkinan BA.2 tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Pertanyaan tersebut kini menjadi perhatian para ilmuan di Denmark, di mana beberapa tempat dengan jumlah kasus infeksi BA.1 yang tinggi melaporkan peningkatan kasus BA.2.

Di Inggris, analisis awal pelacakan kontak dari 27 Desember 2021 hingga 11 Januari 2022 oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA) menunjukkan bahwa transmisi rumah tangga lebih tinggi di antara kontak orang yang terinfeksi BA.2 (13,4% ) dibandingkan dengan kasus Omicron lainnya (10,3%).

Menurut laporan pada 28 Januari, HSA tidak menemukan bukti perbedaan efektivitas vaksin.

Namun, ahli penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg di Chicago, Dr. Egon Ozer mengajukan pernyataan kritis tentang apakah orang yang sudah terpapar Omicron dapat kembali terpapar BA.2? jika tetap terinfeksi maka “ini bisa menjadi semacam gelombang unta berpunuk dua,” kata Ozer.

“Masih terlalu dini untuk mengetahui apakah itu akan terjadi.” Imbuh Ozer.

Kabar baiknya, kata Ozer, adalah bahwa vaksin dan booster masih efektif “menjauhkan orang dari rumah sakit dan mencegah orang meninggal.”