Mengenang Sutopo Purwo Nugroho: Berbakti Meluruskan Distorsi Informasi Kebencanaan
Mengenang Sutopo Purwo Nugroho:
Berbakti Meluruskan Distorsi Informasi Kebencanaan
“Jangan pernah merasa besar karena jabatan, tapi besarkan jabatan itu di manapun kamu berada. Kerja keras dengan ketekunan dan doa. Orang-orang sukses itu dulunya banyak yang tersiksa dan menyiksa diri”.
– Sutopo Purwo Nugroho
Beritabaru.co, TOKOH – Pada tanggal 23 Februari 2018, The Strait Times, sebuah media massa internasional terkemuka pernah menurunkan laporan khusus tentang sosok Dr Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Media yang berkantor pusat di Singapura tersebut menyebut Sutopo sebagai pejabat yang paling banyak dikutip ketika terjadi bencana. The Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC), sebagai wadah berkumpulnya para jurnalis dari seluruh dunia di Indonesia, bahkan secara terang-terangan memberikan julukan kepada Sutopo sebagai “outstanding spokesman” atau dalam makna umum dapat disebut sebagai seorang juru bicara yang luar biasa.
Pada Maret 2014, Sutopo menerima penghargaan dari Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka Online (RMOL.co) sebagai public campaigner. Lain dari pada itu, berbagai julukan telah dilekatkan oleh para jurnalis kepada pria yang dikenal ramah dan informatif tersebut. Penerus informasi bencana, si Pejuang Bencana, dan si pembawa kabar bencana merupakan sedikit dari sekian banyak istilah yang dilekatkan pada dirinya.
Lahir di Boyolali, Belajar di Yogyakarta dan Bogor, Berkarir di Jakarta
Sutopo lahir di sebuah Desa kecil di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada 7 Oktober 1969. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari. Orang tuanya yang berprofesi sebagai guru kerap ia ceritakan hidup miskin, tinggal di rumah kontrakan yang berdinding “gedek” (anyaman bamboo_red.) bolong-bolong, dan berlantaikan tanah tanpa penerangan listrik.
Semasa duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia mengaku sebagai bocah kampung bodoh, miskin dan dekil. Pada saat kelas 2 SD ia belum bisa membaca, dan pernah mendapatkan nilai Nol untuk Bahasa Indonesia ketika berada di kelas 4 SD yang sama.
Pengalaman pahit itu tidak membuatnya terpuruk, keinginan belajar yang tinggi membawanya berhasil menuntaskan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Boyolali. Titik balik nasib Sutopo bermula, ketika ia diterima di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Pada tahun 1993 ia berhasil memperoleh gelar Sarjana pada jurusan Geografi di UGM Yogyakarta sebagai lulusan terbaik dan tercepat dari seluruh rekan seangkatannya. Sambil bekerja, Ia pun melanjutkan pendidikan S-2 dan S-3 di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada jurusan hidrologi.
Sutopo tercatat mulai bekerja di Badan Pengkajian dan Penelitian Teknologi (BPPT) sejak tahun 1994 pada bidang penyemaian awan. Pelan tapi pasti, dia pun mulai naik pangkat menjadi Peneliti Senior Utama (IV/e).
Butuh lebih dari lima tahun hingga akhirnya Sutopo menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana, Pusat Teknologi Pengelolaan Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana BPPT pada 2010.
Kerja keras dan ketekunan Sutopo menghasilkan berbagai prestasi. Hanya beberapa waktu setelah menjabat di BPPT, Sutopo ditarik ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan diberikan posisi sebagai Direktur Pengurangan Risiko Bencana. Tidak lama kemudian, Sutopo dipercaya untuk memegang tanggung jawab sebagai Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB.
Saat di BNPB itulah, keinginannya untuk menjadi pengajar pada perguruan tinggi terwujud. Sutopo diketahui menjadi dosen di Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Pertahanan. Ia juga mengajar di Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI.
Sutopo juga menulis beberapa karya ilmiah. Tulisannya tercatat pada setidaknya 77 jurnal ilmiah dari tahun 1996 hingga 2015, termasuk diantaranya 7 jurnal ilmiah internasional. Bahkan, ada 13 karya ilmiahnya yang diterbitkan dalam bentuk buku sejak tahun 2002. Sutopo juga menulis banyak artikel buat media massa. Ada 10 artikel yang dikirimnya ke Kompas, ditambah 5 artikel lain di beberapa media.
Tidak Lelah Melawan Hoax
Sejak menjabat sebagai Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo terus berjibaku untuk menangkis dan mengklarifikasi beredarnya berita bohong, yang biasanya disebarluaskan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab melalui media sosial.
Beredarnya gambar, video dan editan tulisan yang menginformasikan secara tidak benar tentang situasi lokasi bencana, dan jumlah korban pada saat kejadian bencana cepat ia tanggapi dengan data yang akurat.
Tanpa kenal lelah, Sutopo terus menyampaikan fakta-fakta secara cepat, baik melalui awak media maupun melalui akun media sosial pribadinya yang telah terverifikasi. Atas kerja kerasnya tersebut, ia dianugerahi penghargaan sebagai
Tokoh Teladan Anti-Hoax Indonesia 2018 oleh Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo). Penghargaan ini diberikan kepada Sutopo karena ia dinilai selalu menjadi yang terdepan dalam memverifikasi kebenaran berita bencana.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh redaksi Beritabaru.co, berikut ini adalah daftar penghargaan yang pernah diterima oleh Sutopo:
- Communicator of the Year 2018 oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI)
- Tokoh Komunikasi Kemanusiaan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI)
- The First Responders dari The Straits Times
- Tokoh Teladan Anti-Hoax Indonesia 2018 oleh Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo)
- IAGI Awards 2018 Bidang Komunikasi Bencana Alam dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia
- Outstanding Spokesperson of the Year 2018 dari Jakarta Foreign Correspondents Club
- Anugerah Perhumas 2018 Kategori Humas Pemerintah dari Perhumas Indonesia
- The Most Inspirational ASN 2018 dari KemenPANRB
- 5 Terbaik PNS Inspiratif 2018 dari KemenPANRB
- Human Initiative Award 2018 dari PKPU
- 10 Terbaik PPT Teladan 2018 dari KemenPANRB