Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Jamaah Tabligh
(Foto: SCPM)

727 Jamaah Tabligh Asal Indonesia Tertahan di India



Berita Baru, Internasional – Pemerintah Indonesia sedang berusaha memulangkan 727 warganya dari India. Orang-orang tersebut tergabung sebagai anggota Jamaah Tabligh yang telah mengikuti kegiatan pertemuan massa di New Delhi pada bulan Maret. Akhirnya mereka terjebak dan tidak bisa meninggalkan India, setelah negara tersebut menyatakan lock-down untuk memerangi virus corona.

Jamaah asal Indonesia menjadi bagiand ari 1.000 orang asing dari Asia dan Timur Tengah yang menghadiri pertemuan massal yang mereka namakan sebagai ijtima’ tersebut. Karena kebijakan lock-down telah diterapkan, maka mereka bersama 17 orang Malaysia tidak dapat pulang ke negara masing-masing.

Dikutip dari laporan Amy Chew dari SCMP pada Senin (4/5) siang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah menyatakan bahwa 75 orang Indonesia telah dinyatakan positif Covid-19. Sedangkan 10 orang lainnya ditahan, didakwa dan didenda karena pelanggaran pelanggaran visa.

Faizasyah mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri akan tetap berusaha memulangkan warga negaranya, tetapi Langkah-langkah yang akan diambil juga tetap harus realistis di tengah kebijakan lock-down yang diterapkan pemerintah India tersebut.

“Mereka kemungkinan besar akan dipulangkan setelah penerapan lock-down India berakhir pada akhir bulan ini, dan bertepatan dengan dibukanya kembali penerbangan internasional. Kedutaan dan konsulat jenderal di India berusaha sebaik mungkin untuk membantu kebutuhan dasar mereka”. Katanya.

727 Jamaah Tabligh Asal Indonesia Tertahan di India

Namun begitu, para analis khawatir dengan rencana pemulangan Jamaah Tabligh tersebut, karena diduga dapat memicu gelombang baru infeksi virus corona di Indonesia.

Menanggapi hal itu, Faizasyah menekankan bahwa orang Indonesia yang kembali dari India akan dikarantina selama 14 hari dan menjalani pengujian Covid-19 secara intensif.

Sementera itu peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Muhammad Habib Abiyan Dzakwan, mengatakan dia setuju dengan pendekatan karantina dan pengetesan tersebut. Ia tidak ingin kejadian pemulangan WNI dari dari kota Wuhan di Cina pada bulan Februari lalu terulang, yaitu hanya dikarantina tapi tidak dilakukan tes intensif.

“Kita harus selalu waspada. Belajar dari kasus Jamaah Tabligh di Gowa bulan lalu, ada banyak dari mereka yang akhirnya didiagnosis positif terinfeksi Covid-19. Di Lombok, kami melihat peningkatan jumlah kasus secara dramatis yang bermula dari klaster ini”. Terang Habib. [Hp]