Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

69 Orang Tewas dalam Serangan Jihad di Niger
(Foto: Souleymane Ag Anara/AFP/Getty Images)

69 Orang Tewas dalam Serangan Jihad di Niger



Berita Baru, Internasional – Sekelompok orang bersenjata membunuh 69 orang termasuk walikota lokal di daerah terpencil, di barat daya Niger.

Menteri dalam negeri Niger mengkonfirmasi bahwa pembunuhan tersebut termasuk dalam serangan jihad, di tengah gelombang kekerasan terhadap warga sipil yang melanda negara itu tahun ini.

Sebuah delegasi yang dipimpin oleh walikota Banibangou disergap pada hari Selasa sekitar 50 km (30 mil) dari kota, dekat perbatasan dengan Mali, daerah kekuasaan gerilyawan yang terkait dengan afiliasi lokal ISIS yang telah menewaskan ratusan warga sipil di wilayah pedesaan tahun ini.

Seperti dilansir dari The Guardian, 15 orang selamat dan operasi pencarian sedang berlangsung, kata menteri dalam negeri Alkache Alhada, di televisi pemerintah. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Zona gersang dan miskin di Afrika barat yang meliputi perbatasan Niger, Mali dan Burkina Faso telah dicengkeram konflik kekerasan dalam beberapa tahun terakhir ketika kelompok-kelompok bersenjata, beberapa terkait dengan al-Qaeda, telah berusaha untuk membangun kontrol atas masyarakat dan membersihkan wilayah tersebut. Ribuan warga sipil tewas dan jutaan lainnya mengungsi.

Terlepas dari kekerasan hari Selasa, kelompok-kelompok Islam telah membunuh lebih dari 530 orang warga sipil dalam sebuah serangan di wilayah perbatasan barat daya Niger tahun ini, lebih dari lima kali sepanjang tahun 2020, menurut data yang disediakan oleh Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata ( ACLED), sebuah konsultan yang melacak kekerasan politik.

Pada bulan Agustus, gerilyawan melakukan serangkaian serangan di daerah itu, yang menewaskan  37 orang.

Para militan sering menargetkan pejabat lokal termasuk walikota, kepala desa dan tetua agama sebagai upaya untuk mengacaukan masyarakat, membuat mereka rentan terhadap pemerasan dan serangan. Ratusan pejabat tersebut telah dibunuh atau diculik sejak awal 2018.